Kamis 16 Oct 2025 09:49 WIB

Trans7 Dianggap Lecehkan Pesantren-Kiai, Begini Respons Tokoh Muhammadiyah

Berbagai kalangan pesantren memprotes tayangan Trans7 yang mengupas soal kiai dan san

Rep: Muhyiddin/ Red: Hasanul Rizqa
Massa dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta dan sejumlah alumni pondok pesantren saat Aksi Bela Ulama dan Pesantren di depan gedung Transmedia, Jakarta, Rabu (15/10/2025). Dalam aksinya mereka menuntut pihak Trans7 untuk bertanggung jawab atas tayangan program Xpose Uncensored pada tanggal 13 Oktober di stasiun televisi Trans7 yang dianggap melecehkan tradisi pondok pesantren, santri, dan para kiai.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Massa dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta dan sejumlah alumni pondok pesantren saat Aksi Bela Ulama dan Pesantren di depan gedung Transmedia, Jakarta, Rabu (15/10/2025). Dalam aksinya mereka menuntut pihak Trans7 untuk bertanggung jawab atas tayangan program Xpose Uncensored pada tanggal 13 Oktober di stasiun televisi Trans7 yang dianggap melecehkan tradisi pondok pesantren, santri, dan para kiai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tayangan program "Xpose Uncensored" yang disiarkan stasiun televisi Trans7 memunculkan kontroversi. Sebab, siaran itu dinilai banyak kalangan telah melecehkan dunia pesantren, termasuk kaum kiai.

Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Assoc Prof Wawan Gunawan Abdul Wahid menegaskan, pesantren adalah institusi pendidikan Islam yang berjasa besar dalam sejarah bangsa. Kalaupun ada satu atau dua kasus, lanjutnya, tidak boleh hal itu kemudian menggeneralisasi seluruh pesantren.

Baca Juga

Menurut akademisi UIN Sunan Kalijaga itu, ada sejumlah poin yang perlu dipahami dari polemik tayangan Trans7 tersebut. Pertama, pesantren adalah tempat lahirnya para ulama. Hadis Rasulullah SAW telah menyatakan, ulama adalah pewaris para nabi.

"Mempersoalkan pesantren sama dengan mempermasalahkan tugas mulia para ulama dan para nabi sekaligus," ujar Wawan Gunawan Abdul Wahid saat dihubungi Republika, Kamis (16/10/2025).

Karena itu, stigma yang disebarkan sebuah media massa terhadap pesantren akan sangat berbahaya jika tidak didasari prinsip verifikasi dan keadilan. Wawan mengingatkan, pesantren bukan hanya lembaga pendidikan tradisional, tetapi juga pusat pembinaan moral dan akhlak yang telah melahirkan banyak tokoh bangsa.

"Kedua, pesantren secara sosial-keagamaan berperan besar dalam mengisi perjuangan kemerdekaan serta mengisi pembangunan Indonesia," ucapnya.

Karena itu, Wawan menyesalkan narasi tayangan Trans7 ini yang seolah-olah mengaitkan satu kasus kriminal dengan keseluruhan pesantren secara umum. Pembingkaian (framing) seperti itu dapat menimbulkan persepsi negatif publik terhadap dunia pendidikan Islam.

"Ketika ada satu kasus yang hadir dan datang dari satu situasi yang terjadi pesantren itu, tidak boleh dilakukan sebagai proposisi umum untuk menilai pesantren secara keseluruhan," kata Wawan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Sebelumnya, jagat media sosial di Indonesia diramaikan oleh tagar #boikotTrans7. Itu setelah stasiun televisi swasa Trans 7 menayangkan tayangan atau pemberitaan mengenai dunia pesantren.

Dalam tayangan "Xpose Uncencored" yang disiarkan pada Senin, 13 Oktober 2025 itu, ada tampilan Pondok Pesantren Lirboyo. Satu bagian menampilkan judul "Santrinya Minum Susu Aja Kudu Jongkok, Emang Gini Kehidupan Pondok? Kiainya Yang Kaya Raya, Tapi Umatnya Yang Kasih Amplop."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement