Rabu 15 Oct 2025 18:31 WIB

Kiai Pesantren Kuningan: Dunia Pesantren Bukan Tontonan untuk Sensasi

Kalangan pesantren diminta mengambil hikmah dari kejadian ini.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Massa dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta dan sejumlah alumni pondok pesantren saat Aksi Bela Ulama dan Pesantren di depan gedung Transmedia, Jakarta, Rabu (15/10/2025). Dalam aksinya mereka menuntut pihak Trans7 untuk bertanggung jawab atas tayangan program Xpose Uncensored pada tanggal 13 Oktober di stasiun televisi Trans7 yang dianggap melecehkan tradisi pondok pesantren, santri, dan para kiai.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Massa dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta dan sejumlah alumni pondok pesantren saat Aksi Bela Ulama dan Pesantren di depan gedung Transmedia, Jakarta, Rabu (15/10/2025). Dalam aksinya mereka menuntut pihak Trans7 untuk bertanggung jawab atas tayangan program Xpose Uncensored pada tanggal 13 Oktober di stasiun televisi Trans7 yang dianggap melecehkan tradisi pondok pesantren, santri, dan para kiai.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pimpinan Pondok Pesantren Terpadu Al-Fattah Kuningan, KH Aang Asy'ari, mengecam keras tayangan Program Xpose Uncensored Trans7.  yang dinilai telah melecehkan dunia pesantren. Ia menyebut tayangan tersebut bukanlah bentuk kritikan terhadap dunia pesantren.  

"Kami mengecam keras Trans7 yang jelas-jelas menunjukkan kegagalan memahami dunia pesantren dan kearifannya. Tayangan tersebut bukan kritik tapi pelecehan terang-terangan terhadap kiai dan dunia pesantren," ujar Kiai Aan kepada Republika.co.id, Rabu (15/10/2025). 

Baca Juga

Ia tidak terima kiai dan pesantren dilecehkan oleh narasi sinis dan framing dangkal yang keluar dari ruang redaksi yang miskin empati dan buta sejarah. 

"Dunia pesantren bukan tontonan murahan untuk sensasi, melainkan ruang suci pencetak generasi berilmu dan beradab," ucapnya. 

Kiai Aang menilai, Trans7 telah gagal membaca denyut kebudayaan dan spiritualitas bangsa. Alih-alih, mencerdaskan publik justru menebar stigma dan kesalahpahaman yang mengancam harmoni sosial.

"Kami menuntut pertanggungjawaban serius dari pihak Trans7, bukan sekadar permintaan maaf formal. Pesantren bukan objek rating, ia adalah benteng kebangsaan yang wajib dihormati," katanya.

Ia pun mengajak kepada kalangan pesantren untuk mengambil hikmah dari kejadian ini. Menurutnya, sudah saatnya pesantren-pesantren memikirkan secara serius strategi pertarungan ideologis yang konstruktif dan terencana dalam jangka panjang untuk membentuk kualitas santri yang kompatibel di ranah multi-sektor. 

"Pesantren harus memikirkan distribusi kader ke ruang-ruang yang selama ini bukan wilayah santri, sehingga apa yang terjadi hari ini tidak terjadi pada hari-hari yang akan datang," jelasnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement