Jumat 10 Oct 2025 21:03 WIB

Kisah Jenaka Nuaiman, 'Hadiah' Madu untuk Rasulullah

Seorang penjual madu mengetuk rumah Nabi SAW gara-gara Nuaiman.

Madu (ilustrasi)
Foto: en.wikipedia.org
Madu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu ketika, Nu’aiman bin Amr berjalan-jalan di dekat Masjid Nabawi. Siang itu, seluruh Kota Madinah merasakan terik matahari. Sang sahabat Nabi pun merasa kepayahan.

Saat sedang berteduh tak jauh dari rumah Rasulullah SAW, Nu'aiman melihat seorang penjual madu. Pedagang itu tampak letih, tetapi sorot matanya tetap tegar. Tak menyerah untuk menjajakan dagangannya.

Baca Juga

Nu'aiman lantas menghampirinya. Setelah mengobrol beberapa menit, terlintaslah ide dalam benaknya.

“Bukankah Rasulullah SAW sangat menyukai madu?” gumam Nu’aiman dalam hati.

Ia langsung menepuk pundak si penjual madu.

“Wahai hamba Allah! Mari kuantar engkau ke rumah Rasulullah SAW!” katanya.

Seketika, senyum terpancar dari bibir pedagang tersebut.

“Luar biasa sekali lelaki yang baik hati ini mau mengantarkanku kepada Nabi SAW. Ternyata Rasulullah ingin membeli maduku!” gumamnya.

Setelah mendekati rumah Rasulullah SAW, Nu’aiman menyuruh si penjual madu menunggu dari kejauhan. Dengan sebotol madu di tangannya, ia berdiri sembari mengetuk pintu rumah al-Musthafa.

Setelah itu, sang tuan rumah membuka pintu, dan lalu mempersilakan Nu'aiman masuk.

“Ya Rasulullah,” kata Nu’aiman, “aku tahu engkau suka madu. Karena itu, aku membawakan hadiah.”

Saat mengucapkan itu, sang sahabat menyodorkan sebotol madu kepada Rasulullah SAW. Beliau tersenyum senang dan menerimanya sembari mengucapkan hamdalah dan terima kasih.

Tidak lama kemudian, Nu’aiman pamit. Nabi SAW mendoakan kebaikan untuknya.

Setelah Rasulullah menutup pintu rumahnya, Nu'aiman bergegas menghampiri si penjual madu yang tadi ditinggalkannya.

“Rasulullah SAW sangat menyukai madu yang engkau jual!” katanya.

Si pedagang mendengar itu dengan senyum mengembang. Belum sempat ia menanyakan uang hasil “penjualan” madu tersebut, Nu’aiman sudah pamit dan pergi.

“Sebentar lagi, Rasulullah akan keluar dari rumahnya dan membayar harga madu itu,” begitu pesan Nu'aiman pada si penjual madu.

“Baiklah kalau begitu.”

Nu’aiman pun berjalan meninggalkannya. Beberapa menit, si penjual madu menunggu. Lewat setengah jam, kakinya mulai pegal. Mendekati satu jam, ia kian gelisah. Sebab, tidak seorang pun keluar dari rumah Nabi SAW.

Akhirnya, pedagang ini memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah Rasulullah SAW. “Assalamu’alaikum waraḥmatullahi wabarakatuh,” katanya.

Nabi SAW pun membukakan pintu. Beliau melihat seseorang yang belum pernah ditemuinya sedang berdiri dengan wajah sayu di hadapannya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement