Senin 08 Sep 2025 07:25 WIB

Ternyata Thariq Bin Ziyad tak Pernah Bakar Kapal Perangnya Saat Penaklukan Spanyol?

Peneliti berbeda pendapat tentang kisah pembakaran kapal oleh Thariq Bin Ziyad.

Pemandangan Selat Gibraltar yang diambil dari perbukitan di atas Tarifa, Spanyol.
Foto: wiki
Pemandangan Selat Gibraltar yang diambil dari perbukitan di atas Tarifa, Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Salah satu kisah yang populer dikisahkan secara turun menurun adalah Thariq Bin Ziyad komandan perang terkemuka Islam menginstruksikan prajuritnya untuk membakar kapal-kapal perang saat penaklukan Andalusia pada 711 M dengan menyeberangi Selat Gibraltar untuk menaklukkan Semenanjung Iberia dari Kerajaan Visigoth. Benarkah kisah pembakaran kapal-kapal perang itu terjadi?

Sumber-sumber berbeda pendapat mengenai hal ini. Beberapa kalangan berpendapat bahwa tujuannya adalah untuk mendorong para prajurit berani dan tidak berpikir untuk mundur karena tidak ada cara untuk kembali.

Baca Juga

Khutbahnya yang terkenal disebutkan dalam sejumlah sumber sejarah seperti al-Muqirri dalam "Nafh al-Thayyib", Ibn Hudzail al-Andalusi dalam "Tuhfat al-Anfas wa Sy’iar Sukkan al-Andalus, Ibn al-Kardabus dalam "al-Iktifa", al-Idrisi dalam "Nuzhat al-Musytaq", dan al-Humairi dalam kitabnyanya "Al-Rawdh al-Mu’aththar".

Di antara cuplikan pidatonya tersebut adalah sebagai berikut: "Wahai manusia: Di manakah tempat berlindung, lautan ada di belakang kalian dan musuh ada di depan kalian, dan kalian tidak memiliki apapun kecuali kejujuran dan kesabaran, dan ketahuilah bahwa di pulau ini kalian lebih tersesat daripada anak yatim di perjamuan orang-orang zalim, dan musuh kalian telah menyambut kalian dengan pasukan dan senjatanya, dan rezekinya berlimpah, dan kalian tidak memiliki beban kecuali pedang-pedang kalian, dan tidak memiliki rezeki kecuali apa yang kalian rebut dari tangan musuh.”

Pidato ini telah dipelajari dan dianalisis oleh sejumlah sejarawan kontemporer, termasuk Muhammad Abdullah Anan, Abdul Aziz al-Douri, Hussein Muinis, Mahmoud Ali Makki, Ahmad Mukhtar al-Abadi, Abdul Halim Owais, dan lainnya.

Patut dicatat bahwa sebagian besar sejarawan modern cenderung mempertanyakan keaslian kisah Thariq bin Ziyad yang membakar kapalnya setelah pasukannya menyeberang ke Andalusia, karena menganggapnya lebih dekat dengan konstruksi sastra daripada fakta sejarah.

BACA JUGA: BREAKING NEWS: Abu Ubaidah Juru Bicara Qassam Dilaporkan Syahid dalam Serangan Bom Israel

Namun, warisan sejarah ini bukannya tidak ada yang mendukung kemungkinannya, berdasarkan fakta bahwa tindakan semacam itu diulangi dalam insiden serupa di dalam dan di luar sejarah Islam, yang memungkinkan hal itu terjadi, bahkan dalam kerangka simbolis.

Di antara bukti-bukti yang dikutip oleh para pendukungnya adalah catatan al-Thabari tentang Aryath al-Habashi, yang memimpin pasukannya menyeberangi lautan menuju Yaman untuk mendudukinya.

photo
Peta wilayah kekuasaan Bani Nashr, pemuka Taifa Granada abad ke-13 hingga 15. Granada adalah daulah Islam terakhir di Andalusia (Spanyol kini). - (dok wiki)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement