Jumat 05 Sep 2025 07:35 WIB

Riwayat Penggubah Syair Barzanji

Karya Syekh Ja’far al-Barzanji ini kerap dibacakan saat momen Maulid Nabi.

Kibat Barzanji
Foto: wikipedia
Kibat Barzanji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prof Azyumardi Azra dalam Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII mencatat, Syekh Ja’far al-Barzanji hidup pada 1103-1180 Hijriah atau 1690-1766 Masehi. Namun, ada sumber lain yang menyatakan, tokoh ini lahir di Madinah pada 1126 H atau 1711 M.

Syekh Ja’far al-Barzanji telah diakui banyak kalangan sebagai teladan yang saleh. Para pembesar Makkah dan Madinah pun menghormatinya dengan sepenuh takzim. Begitu pula dengan pihak istana Kesultanan Turki Utsmaniyah. Kemasyhuran dan kehebatan sang syekh telah menyebar ke seluruh pelosok dunia Islam. Karangan-karangannya juga diterima dan dipuji para ulama, baik yang sezaman maupun sesudahnya, sehingga tersebarlah tulisan-tulisannya di kalangan para penuntut ilmu.

Baca Juga

Potret kedalaman ilmu hikmah Syekh Ja'far al-Barzanji terpancar melalui salah satu karya besarnya, yang hingga kini masih dibaca umat Islam di seluruh dunia. Itulah ‘Iqd al-Jawahir atau masyhur dengan sebutan Kitab Barzanji.

Buku tersebut menghimpun bait-bait syair karangannya yang mengisahkan perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Tentunya, gubahannya itu merupakan salah satu bukti rasa cinta dan rindunya kepada Rasulullah SAW. Dari kitab tersebut, dirinya berharap seluruh kaum Muslimin dapat meneladani kepribadian sang Uswatun Hasanah.

Tentunya, Kitab Barzanji tidak lepas dari riwayat hidup sang pengarangnya. Akan tetapi, momen popularitasnya melejit berkat penyelenggaraan Maulid Nabi Muhammad SAW.

photo
Warga muslim mengikuti pembacaan Barzanji dengan melantunkan shalawat dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW diiringi rebana saat digelarnya seni Gembrung di Kedondong, Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Pagelaran seni Gembrung di wilayah tersebut merupakan tradisi untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. - (Antara/Siswowidodo )

Tradisi maulid itu sendiri bermula sejak zaman lebih belakangan, tepatnya pada era pemerintahan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi (1137-1193) di Mesir. Tokoh yang disebut Saladin oleh orang-orang Eropa itu merupakan pemimpin Islam yang berjasa membebaskan Baitul Makdis dari cengkeraman Pasukan Salib pada 1187. Kemenangan gemilang itu diraihnya dengan penuh upaya.

Bertahun-tahun sebelum sukses membebaskan Masjid al-Aqsa, Sultan al-Ayyubi mendeteksi Muslimin pada zamannya cenderung mudah terpecah-belah. Lantaran kurang solidnya umat Islam, kota-kota Muslim pun satu per satu jatuh ke tangan Tentara Salib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement