REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN— Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengungkapkan pada Ahad (28/7/2025) bahwa dirinya menjadi sasaran percobaan pembunuhan selama serangan 12 hari Israel di negaranya bulan lalu.
Berbicara di televisi Iran, Araghchi mengatakan sebuah bom diletakkan di depan rumahnya, dan menambahkan, "Namun teman-teman (pasukan keamanan) berhasil menguasainya," kata dia dilansir Aljazeera, Senin (28/7/2025).
hmengatakan terjadi perbedaan di antara para pejabat Iran merespons pembunuhan Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), di Teheran pada 31 Juli 2024 lalu. Terutama menyoal waktu pembalasan kepada zionis Israel.
Setelah insiden itu, sebuah pertemuan diadakan di hadapan pemimpin Iran Ali Khamenei, katanya, dan semua orang berpendapat bahwa respons diperlukan, tetapi ada perbedaan pendapat tentang kapan dan bagaimana merespons.
"Para komandan militer percaya bahwa serangan itu harus dilakukan pada saat kami yakin akan kemampuan kami untuk mempertahankan negara," katanya.
Lebih lanjut, Araghchi membahas situasi negosiasi dengan Amerika Serikat, mengatakan bahwa Washington mengejar kebijakan tekanan maksimum dan mengancam untuk mengerahkan pasukan militer di wilayah tersebut.
BACA JUGA: Saat Pejuang Berjuang dan Rakyat Gaza Dibantai, Abbas Sibuk Bahas Kekuasaan, Hamas Meradang
"Trump memberi kami pilihan antara perang dan negosiasi, menempatkan kami di persimpangan jalan," katanya.
Pemimpin negara (Khamenei) kemudian mengatakan bahwa kami akan berunding, tetapi secara tidak langsung.
View this post on Instagram