REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Untuk pertama kalinya sejak perang terjadi di Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan untuk mengakhiri kampanye militer, menurut klaim media Israel, seperti dilansir dari Al Mayadeen, Sabtu (29/6/2025).
Pergeseran ini terjadi saat pendudukan Israel dan Amerika Serikat mengalihkan fokus mereka ke fase baru dalam politik regional, yang mencakup kesepakatan normalisasi dan perombakan strategis Timur Tengah.
Menurut Channel 12 Israel, Netanyahu telah mulai mengirimkan sinyal bahwa ia berusaha mengakhiri perang, tetapi hanya "dengan syarat yang tidak akan diterima Hamas." Laporan tersebut menunjukkan bahwa Netanyahu sekarang ingin pergi ke Washington untuk menyelesaikan rincian penataan ulang politik pasca-Gaza.
Netanyahu telah berulang kali mengeklaim selama perang di Gaza bahwa kemenangan militer dapat diraih. Netanyahu yang ditetapkan sebagai penjahat perang oleh ICC mengungkapkan, hanya melalui tekanan yang berkelanjutan Israel dapat mencapai apa yang ia gambarkan sebagai "keamanan abadi."
Narasi ini telah menjadi landasan pesan politiknya selama bertahun-tahun, yang sering digunakan untuk membenarkan kampanye militer yang berkepanjangan dan menangkis kritik. Saat ia mengisyaratkan kemungkinan berakhirnya perang, banyak pengamat memperingatkan bahwa hal tersebut kemungkinan hanya menjadi gertakan strategis, yang dimaksudkan untuk meredakan tekanan AS.
Lihat postingan ini di Instagram