REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perang berdarah antara Iran melawan Israel terus berlangsung. Jual beli serangan antar kedua negara menyebabkan jatuhnya korban baik sipil maupun militer. Setidaknya 224 orang tewas di Iran dan 24 orang tewas di Israel sejak konflik meletus pekan lalu, menurut pihak berwenang di kedua negara.
Perang dimulai dengan serangan Israel terhadap situs pengayaan uranium untuk pengembangan nuklir di Iran dan ibu kotanya, Teheran, pada Jumat. Israel mengatakan Iran diam-diam mengembangkan senjata nuklir, sesuatu yang terus dibantah oleh Teheran.
Iron Dome adalah sistem rudal permukaan-ke-udara untuk melacak dan mencegat proyektil yang menuju ke daerah berpenduduk di Israel. Iron Dome tampak sukses menangkis serangan dari para pejuang Gaza dan Hizbullah pada masa lalu. Meski demikian, sistem pertahanan udara canggih tersebut tampak kewalahan untuk mencegat serangan Iran.
Iron Dome Israel telah sering digunakan sejak Israel memicu konflik dengan Iran. Pejabat Israel telah lama menerima bahwa Iron Dome tidak 100 persen efektif. Dalam laporannya, The Independent melihat mengapa serangan Iran telah menembus pertahanan Israel.
Dr Marion Messmer, seorang peneliti senior studi keamanan di Chatham House, mengatakan bahwa Iron Dome mungkin tidak seefektif yang diyakini banyak orang.
"Sering kali, Iron Dome memiliki PR (Humas) yang lebih baik daripada yang sebenarnya diperlukan," kata dia kepada The Independent.
"Pada akhirnya, itu adalah sistem pertahanan udara. Itu adalah sistem pertahanan udara yang sangat efektif. Tetapi tidak ada pertahanan udara yang sepenuhnya tidak dapat ditembus."
Lihat postingan ini di Instagram