Kamis 05 Jun 2025 13:25 WIB

Pesan Moral dari Ibadah Haji dan Idul Adha

Berkumpulnya umat Islam di Padang Arafah menjadi simbol persatuan dan persaudaraan.

Rep: Fuji EP/ Red: Hasanul Rizqa
Jamaah calon haji dari berbagai negara melakukan Tawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: ANTARA FOTO/Andika Wahyu
Jamaah calon haji dari berbagai negara melakukan Tawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam di Tanah Suci pada Kamis (5/6/2025) waktu Arab Saudi sedang melaksanakan puncak ibadah haji, yakni wukuf, di Padang Arafah. Pada Jumat (6/6/2025) esok, umat Islam di seluruh dunia menyambut Idul Adha 1446 H.

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Buya Anwar Abbas mengatakan, nilai-nilai dan makna yang bisa didapat dari ibadah haji dan Idul Adha sangat banyak. Di antara nilai dan maknanya, pertama, berkumpulnya umat Islam di Padang Arafah menjadi simbol persatuan.

Baca Juga

"Di mana kita sebagai hamba Allah dengan sadar mau melucuti pakaian kemegahan kita sehari-hari, kemudian menggantinya dengan pakaian putih bersih yang tak berjahit, ini menandakan kita di saat itu adalah sama di mata Allah," kata Buya Anwar kepada Republika, Kamis (5/6/2025).

Saat wukuf di padang Arafah, lanjut dia, umat Islam tidak ada lagi perbedaan, semisal antara si kaya dan si miskin. Yang membedakan ketika itu hanyalah tingkat ketakwaan masing-masing mereka kepada Allah SWT.

"Masalah ketakwaan inilah yang menjadi masalah penting dalam kehidupan kita sebagai seorang Muslim dan Muslimah," ujar Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Ia menambahkan, yang kedua, di Mina atau esok hari para jamaah haji akan melempar jumrah. Ini simbol bahwa Muslim menyadari setan adalah musuh.

Oleh karena itu Muslim harus mengusir setan dengan melemparinya agar mereka menjauh dari kehidupan. Sehingga dengan demikian diharapkan hidup seorang Muslim akan sunyi dari gangguan yang akan merusak keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

"Ketiga, kita-kita yang tidak pergi menunaikan ibadah haji disuruh oleh Allah SWT untuk berkurban dengan menyembelih kambing atau sapi. Artinya kita diminta oleh Alah SWT untuk menyembelih sikap buruk kita yang selama ini telah memenjarakan diri kita sehingga kita menjadi orang yang pelit dan tidak peduli kepada orang lain," ujar Buya Anwar.

photo
Infografis hikmah kurban - (Dok Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement