REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Jarak antara surga dan neraka," sabda Nabi Muhammad SAW, seperti dikutip Syekh Muhammad bin 'Abdul Wahhab dalam Fath al-Majid fi Kitab at-Tauhid, "tidak lebih dekat dari alas kakinya."
Para sahabat pun penasaran. Kemudian, Rasulullah SAW menjelaskan maksudnya dengan sebuah cerita tentang dua orang lelaki. Di ujung hayat, yang satu masuk neraka, sedangkan kawannya justru menjadi penduduk surga. Uniknya, Allah SWT memasukkan mereka ke dua tempat yang amat berlainan itu hanya karena perkara lalat.
Dikisahkan, dua orang sekawan berkelana melintasi negeri demi negeri. Hingga kemudian, mereka memasuki sebuah perkampungan yang dihuni mayoritas kaum musyrikin. Warga setempat umumnya menyembah patung-patung, yang diyakininya sebagai tuhan.
Di gapura pintu masuk desa itu, terdapat papan amaran. Isinya berupa perintah yang mewajibkan setiap pengunjung atau tamu di perkampungan itu agar membuat pengorbanan demi menghormati berhala, tuhan-tuhan mereka. Begitu melihat dua orang asing ini, seorang warga yang sepuh mendekati mereka.
Kepada si lelaki pertama, orang tua yang ternyata penjaga kuil berhala itu berkata, "Berkorbanlah! Demi keagungan berhala sesembahan kami! Jika tidak demikian, kalian dalam masalah."
“Aku tidak punya sesuatu pun yang bisa aku korbankan," kata si pengelana kepada lelaki tua tersebut.
"Berkurbanlah! Tidak mengapa walaupun kurbanmu hanyalah seekor lalat!" kata si penjaga kuil berhala.
Maka, orang pertama ini segera menangkap lalat yang kebetulan hinggap di bajunya. Tanpa basa-basi, ia pun menyembelih serangga kecil itu selayaknya kurban. Sesudah itu, si penjaga kuil pun mempersilakannya masuk area perkampungan dengan selamat.
View this post on Instagram