REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Menjelang Idul Adha, dunia Arab dan Muslim mengalihkan perhatiannya pada harga hewan ternak sehubungan dengan keinginan untuk melaksanakan ritual keagamaan tersebut.
Namun tantangan harga yang tinggi tetap ada di banyak negara, sehingga mendorong orang untuk menahan diri untuk tidak menyembelih hewan ternak atau beralih ke alternatif lain.
Dalam laporan ini, dikutip Republika.co.id, Selasa (3/6/2025) koresponden Aljazeera Net di dunia Arab menyoroti harga hewan qurban dan dimensi ekonomi dan sosial akibat gelombang inflasi yang belum juga mereda di banyak negara di kawasan ini.
Yordania
- Harga rata-rata seekor domba qurban : 250 dinar (352 dolar AS)
- Laporan resmi menunjukkan bahwa harga domba qurban di Yordania untuk Idul Adha meningkat 15 persen hingga 25 persen dibandingkan tahun lalu
- Harga hewan qurban tergantung pada beratnya, tetapi rata-rata harga domba Rumania (impor) adalah 220 dinar (310 dolar AS)
sementara harga domba Baladi adalah 280 dinar (394 dolar AS)
- Ada 1,78 juta ekor domba di Yordania.
Khaled al-Aqrabawi, seorang karyawan di sebuah bank, mengatakan kepada Aljazeera Net bahwa meskipun Idul Adha hadir bagi warga Yordania dengan suasana spiritual dan tradisi sosial, namun beban ekonominya menjadi berat karena kenaikan harga dan menurunnya daya beli.
Khaled al-Aqrabawi mengatakan kepada reporter Al Jazeera Net, Habib Abu Mahfouz, bahwa harga hewan qurban telah menjadi beban utama bagi warga Yordania tahun ini.
Terutama karena Idul Adha bertepatan dengan komitmen keuangan lainnya yang berkaitan dengan biaya sekolah dan biaya hidup sehari-hari.
Al-Aqrabawi meminta para tukang daging, Kementerian Pertanian dan organisasi-organisasi terkait untuk mengendalikan pasar daging hidup menjelang Idul Adha.
Ayed al-Mashaqbeh, seorang pedagang ternak, memperkirakan bahwa permintaan hewan qurban tahun ini akan lebih rendah dari tahun lalu karena tingginya harga hewan qurban .
Berbicara kepada Aljazeera.net, dia mengaitkan penyebab kenaikan harga daging qurban dengan beberapa faktor, yang paling utama adalah penurunan volume produksi di sejumlah negara pengekspor.
Hal ini menyebabkan penurunan pasokan daging lokal, di samping perubahan lingkungan dan iklim yang negatif yang mempengaruhi sektor pertanian dan peternakan, di samping perubahan lingkungan dan iklim yang negatif yang mempengaruhi sektor pertanian dan peternakan.
