Jumat 30 May 2025 22:32 WIB

'Kami tidak akan Kembali Lagi ke Sini', Pengakuan Warga Israel yang Terusik Dampak Perang

Serangan 7 Oktober 2023 mengubah Israel menjadi neraka.

 Pelancong berjalan dengan barang bawaan mereka di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Israel pada hari Ahad menyetujui larangan masuk ke warga negara asing dan penggunaan teknologi kontroversial untuk pelacakan kontak sebagai bagian dari upayanya untuk menekan pada varian virus corona baru.
Foto: AP/Ariel Schalit
Pelancong berjalan dengan barang bawaan mereka di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Israel pada hari Ahad menyetujui larangan masuk ke warga negara asing dan penggunaan teknologi kontroversial untuk pelacakan kontak sebagai bagian dari upayanya untuk menekan pada varian virus corona baru.

REPUBLIKA.CO.ID,  TEL AVIV— 'Kami tidak akan kembali ke sini' Ratusan ribu warga Israel mempertimbangkan untuk pergi dan tidak akan kembali lagi ke ngera tersebut.

Wawancara dengan warga Israel mengungkapkan dampak buruk perang terhadap perekonomian Israel, di mana seorang pakar ekonomi menegaskan bahwa Israel saat ini berada dalam situasi terburuk dalam sejarahnya, tidak ada yang lebih buruk dari awal "cobaan" ini.

Baca Juga

Dia menunjuk pada kenaikan harga yang sangat besar, menjelaskan bahwa apa yang biasanya dibayar dengan 5 shekel telah menjadi 12 shekel, dan diperkirakan akan mencapai 15 atau bahkan 80 shekel.

Dia menambahkan bahwa masalah ini bukan hanya masalah harga perang, tetapi semakin lama perang berlangsung, semakin besar dampaknya terhadap ekonomi dan masyarakat Israel.

Dikutip dari Aljazeera, Jumat (30/5/2025), menurut film "Tanah Air Terakhir" sebagai bagian dari seri "Perang Melawan Israel", yang dapat dilihat di sini, biaya perang diperkirakan mencapai jutaan dolar per hari, sementara beberapa ahli berbicara tentang 135 miliar shekel sebagai nilai total kerugian.

Lebih dari 46 ribu bisnis telah ditutup sejak dimulainya perang, dan pengangguran telah meningkat menjadi lebih dari 8 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Dalam konteks yang sama, sektor-sektor ekonomi yang vital juga terkena dampak yang parah, terutama sektor konstruksi, yang telah kehilangan sebagian besar tenaga kerjanya setelah masuknya para pekerja Palestina dari Gaza dan Tepi Barat dilarang sejak 7 Oktober.

Sektor pariwisata juga terhenti, karena para turis tidak datang ke Israel, yang telah menyebabkan kerusakan besar pada semua bidang pariwisata seperti hotel, restoran dan lainnya.

Seorang spesialis mengkonfirmasi bahwa lebih dari 300.000 pekerja Israel telah dipanggil untuk wajib militer, yang telah mempengaruhi kemampuan negara tersebut untuk mengoperasikan ekonomi.

BACA JUGA: Begini Respons tak Terduga Warganet Yaman, Saat Pesawat Terakhir Mereka Dibom Israel

Selain keruntuhan ekonomi, Israel juga menghadapi krisis pengungsian internal yang parah. Sekitar 140 ribu warga Israel terpaksa meninggalkan rumah mereka karena perang, 75 ribu di wilayah selatan dan 65 ribu di wilayah utara karena Hizbullah.

Menurut seorang penghuni kibbutz, kibbutz yang tadinya dihuni oleh 600 orang, kini benar-benar tertutup, kosong, hanya ada tim perlindungan.

photo
Angka-Angka Menjelang Badai Al-Aqsa - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement