REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kelompok Palestina Hamas pada Kamis (22/5/2025) menuduh Israel merekayasa kelaparan di Jalur Gaza. Hamas memperingatkan pembangunan kamp-kamp penahanan di wilayah selatan dengan dalih distribusi bantuan kemanusiaan.
Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut menyebut Israel secara sistematis membuat lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza kelaparan dengan membatasi bantuan kemanusiaan dan mengaitkannya dengan syarat politik serta keamanan.
“Kebijakan ini merupakan bagian dari apa yang sekarang dikenal sebagai rekayasa kelaparan, yakni upaya memaksakan fakta di lapangan melalui rencana bantuan ghetto yang secara keliru digambarkan sebagai solusi kemanusiaan,” kata bunyi pernyataan tersebut.
Hamas menambahkan bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza setelah 81 hari blokade Israel bahkan tidak sebanding dengan setetes air di lautan jika dibandingkan dengan kebutuhan sebenarnya.
Kelompok tersebut memperkirakan wilayah kantong tersebut membutuhkan setidaknya 500 truk bantuan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar. Namun, jumlah yang diizinkan masuk bahkan kurang dari sepersepuluhnya.
Krisis semakin memburuk karena meningkatnya jumlah warga di lokasi pengungsian, runtuhnya sistem kesehatan, serta kondisi kelaparan yang meluas, terutama di kalangan anak-anak.
Kantor Media Pemerintah Gaza mengonfirmasi sebanyak 87 truk bantuan masuk pada Rabu (21/5/2025), pertama kalinya dalam hampir tiga bulan. Namun, ia menekankan dibutuhkan 500 truk bantuan dan 50 truk bahan bakar setiap hari untuk mempertahankan kehidupan di tengah kelaparan parah.