Sabtu 17 May 2025 17:41 WIB

Sujud Syukur Tandai Kedatangan Jamaah Haji Gelombang Kedua di Makkah

Hari ini dijadwalkan ada 18 kloter yang membawa 5.329 jamaah haji turun di

Seorang jamaah haji embarkasi padang (PDG 8) bersujud setibanya di Kota Makkah, Sabtu (17/2025).  Jamaah haji gelombang kedua Indonesia langsung menuju Makkah, tidak lagi diarahkan ke Madinah.
Foto: MCH 2025
Seorang jamaah haji embarkasi padang (PDG 8) bersujud setibanya di Kota Makkah, Sabtu (17/2025). Jamaah haji gelombang kedua Indonesia langsung menuju Makkah, tidak lagi diarahkan ke Madinah.

Laporan Jurnalis Republika Teguh Firmansyah dari Makkah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Di bawah teriknya langit Kota Makkah, seorang jamaah haji Indonesia dari kloter PDG 8 (embarkasi padang) turun dari bus secara perlahan. Ia berhenti sejenak lalu menurunkan tubuhnya hingga dalam posisi sujud. 

Sekitar sepuluh detik, ibu yang sudah lanjut usia itu menyentuhkan keningnya di tanah Makkah, sebuah bentuk rasa syukur bahwa ia telah sampai di Kota Suci ini. Ibu itu lalu berdiri, menegakkan tubuhnya kembali sebelum masuk ke dalam hotel. "Alhamdulillah ibu," ujar seorang petugas perempuan yang membantu ibu itu untuk bangkit dari sujudnya. 

Baca Juga

Sang ibu tidak sendiri. Pada Sabtu (17/5/2025), ada 393 orang jamaah haji gelombang kedua dari Indonesia yang tiba di Hotel Manar Mashaeir sekitar pukul 09.00.  "Alhamdulillah senang, perjalanannya mulus," ujar Dernot Denan (51 tahun) yang pergi haji bersama sang istri. 

Dernot sudah mengantre selama 13 tahun. Ia mengumpulkan pundi dari hasil tani di Sumatra Barat untuk bisa berangkat ke Tanah Suci. "Sudah tidak sabar (lihat Ka'bah)," ujar pria tiga tiga anak itu. 

Anggota jamaah lainnya, Sukarjo Dulik mengaku sempat terkejut ketika ia akhirnya masuk dalam daftar panggilan berhaji tahun ini. Maklum, setelah dua belas tahun mendaftar, baru tahun ini dia masuk antrean berangkat haji.  "Sudah 12 tahun, rasanya tak percaya," ujarnya ketika ditanya Republika yang tergabung dalam Media Centre Haji.'

Sukarjo Dulik merupakan mantan pegawai di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Pasaman Barat. Ia telah memasuki masa pensiun pada 2019 lalu atau lima tahun selepas daftar haji.

Sebagai seorang pegawai, ia mengakui bahwa gajinya tidak cukup untuk membiayai semua kebutuhan berhaji. Oleh karena itu, ia juga menggeluti dunia tani yang merupakan warisan sang ayah sejak kecil.  

Dalam satu tahun, kata ia, sawah seluas 1 hektar yang ia kelola bisa panen dua kali. Sekali panen, Dernot bisa memperoleh sekitar empat ton. Uang yang didapat dari hasil panen berkisar Rp 24 juta  "Uang ini yang kami sisihkan untuk pergi haji," ujarnya sambil tersenyum.  

Ia pun tak menampik dalam mengumpulkan biaya berhaji bukan tanpa halangan. Sesekali ada saja kendala. Meski demikian, kata Sukarjo, dengan niat kuat beragam tantangan itu akhir bisa teratasi. Apalagi sebagai seorang yang beriman, sehat, dan mampu, ia punya kewajiban buat berangkat haji. 

"Semoga selalu diberikan kesehatan, Indonesia diberikan kedamaian dan kerukunan sesama saudara," ujar dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement