Rabu 14 May 2025 16:51 WIB

Kiai Cepu: Sastra Islam tak Sekadar Tampilkan Simbol Keislaman

Sastra Islam harus dilihat dari nilai dasarnya, bukan simbol yang diusungnya.

Budayawan Muhammadiyah, Kiai Cepu.
Foto: pwm jawa tengah
Budayawan Muhammadiyah, Kiai Cepu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar seminar dan tribute bertajuk "Diskusi Seni dan Sastra Islam" dalam rangkaian Pestarama ke-10. Acara bertema "Peran Lembaga Kebudayaan Islam Dalam Membentuk Sastra dan Drama Bernapas Islam di Indonesia" ini menegaskan bahwa sastra Islam tidak harus terpaku pada simbol-simbol keagamaan, melainkan pada nilai-nilai universal seperti keadilan dan kemanusiaan.

Dr. Kusen, S.Ag., M.Ag (Kiai Cepu), narasumber utama sekaligus budayawan Muhammadiyah, menekankan bahwa esensi sastra Islam terletak pada pesan moral, bukan pada atribut keislaman.

Baca Juga

"Saya menolak karya seperti kisah Masyitoh disebut sastra Islam hanya karena bertema religius. Sastra Islam harus dilihat dari nilai dasarnya, bukan simbolnya," tegasnya, dikutip dari rilis yang diterima Republika, Rabu (14/5/2025).

Ia mencontohkan Kuntowijoyo, sastrawan yang karyanya sarat nilai Islam meski tak menampilkan ayat atau ritual keagamaan.

Kiai Cepu juga mengkritik minimnya dukungan pemerintah terhadap seni, terutama teater dan sastra, yang sering dianggap bukan prioritas pembangunan budaya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement