Rabu 30 Apr 2025 14:20 WIB

Jangan Suka Berandai-andai

Rasulullah SAW tak suka ungkapan berandai-andai.

ILUSTRASI Berandai-andai
Foto: pxhere
ILUSTRASI Berandai-andai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sering kali, kita berandai-andai dan membayangkan bahwa realitas sejalan dengan apa-apa yang diidamkan. Dengan pengandaian itu, kenyataan pun menjadi lebih nyaman walau hanya sesaat di depan mata.

Nabi Muhammad SAW ternyata tak menyukai umat Islam sering mengumbar kata-kata "seandainya." Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, kata lauw (seandainya) membawa kepada perbuatan setan."

Baca Juga

Syekh Shaleh Ahmad asy-Syaami menjelaskan, kata "seandainya" tidak membawa manfaat sama sekali. Menurutnya, meskipun seseorang mengucapkan ungkapan itu, ia tidak akan mampu mengembalikan apa yang telah berlalu. Ia tak akan bisa menggagalkan kekeliruan yang telah terjadi.

Dalam bukunya bertajuk Berakhlak dan Beradab Mulia, Syekh asy-Syaami mewanti-wanti bahwa ungkapan "seandainya" bisa berkonotasi negatif. Itu dapat mewujud sebagai angan-angan semu dan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. 'Sikap seperti ini adalah sikap yang lemah dan malas," ujarnya.

Bahkan, kata dia, Allah pun membenci sikap lemah, merasa diri tidak mampu, dan malas. Dalam sebuah hadis dinyatakan, "Allah SWT mencela sikap lemah, tidak bersungguh-sungguh, tetapi kamu harus memiliki sikap cerdas dan cekatan. Jika kamu terkalahkan oleh suatu perkara, maka kamu berucap 'cukuplah Allah menjadi penolongku, dan Allah sebaik-baik pelindung'" (HR Abu Dawud).

Sikap tangkas dan cerdas yang dimaksud adalah melakukan usaha dan tindakan-tindakan yang bisa membawa pada keberhasilan. Artinya, berikhtiar meraih sesuatu yang bermanfaat, baik di dunia maupun akhirat. Berusaha kerasIni, sambung Syekh asy-Syaami, berarti menerapkan hukum kausalitas yang telah Allah tetapkan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement