REPUBLIKA.CO.ID, Bencana banjir terbesar pernah tercatat dialami manusia saat zaman Nabi Nuh pada 4000 tahun Sebelum Masehi (SM) silam. Sami bin Abdullah Al-Maghluts, dalam buku Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, mengungkapkan, penelitian arkeologi di sekitar Timur Tengah menunjukkan bukti sedimen dan endapan lumpur tua, yang membuktikan memang pernah terjadi air bah luar biasa.
Pada masa itu, dua sungai besar Eufrat dan Tigris meluap. Nabi Nuh kemudian menyiapkan sebuah bahtera untuk menyelamatkan kaumnya. Dalam buku yang ditulis Ibnu Katsir berjudul Sejarah Para Nabi dijelaskan, Nabi Nuh diperintahkan Allah membangun kapal yang besar. Ada ulama yang berpendapat kapal tersebut berasal dari kayu jati sedangkan pendapat lainnya mengatakan kapal itu berasal dari pohon Sanobar.
Kapal itu dikatakan memiliki panjang 600 hasta dengan lebar 300 hasta. Tingginya berkisar 30 hasta. Kapal raksasa itu memiliki tiga lantai yakni lantai dasar untuk menampung berbagai jenis binatang, lantai tengah untuk penumpang manusia dan lantai ketiga untuk menampung burung-burung. Setelah kapal slap berlayar, Allah SWT pun menurunkan air bah.
Alquran menceritakan banjir terbesar sepanjang sejarah manusia itu mampu menenggelamkan semua peradaban manusia. Besarnya banjir Nabi Nuh dilukiskan sebagai tergenangnya permukaan bumi dan tenggelamnya gunung-gunung yang berlangsung dalam waktu yang lama, dengan air yang jatuh dari langit maupun yang memancar dari dalam bumi.
"Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah, dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan. Dan Kami angkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak.” (QS al-Qamar ayat 11-13).
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Nuh alaihissalam untuk menaikkan ke atas kapal pasangan-pasangan dari setiap spesies, jantan dan betina, serta keluarganya. Seluruh manusia di daratan kemudian ditenggelamkan ke dalam air, termasuk anak laki-laki Nabi Nuh yang semula berpikir bahwa dia bisa selamat dengan mengungsi ke sebuah gunung yang dekat.