Ahad 30 Mar 2025 18:50 WIB

Penyintas Gempa Myanmar Berjuang tanpa Alat Berat

Para penyintas gempa Myanmar menggunakan tangan untuk menyingkirkan tumpukan puing.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Bangunan masjid yang roboh akibat gempa di Mandalay, Myanmar.
Foto: TUN TUN
Bangunan masjid yang roboh akibat gempa di Mandalay, Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID,MANDALAY -- Para penyintas gempa Myanmar menggunakan tangan untuk menyingkirkan tumpukan puing-puing, mencari korban yang masih di bawah reruntuhan. Tanpa alat berat dan pemerintah, tim penyelamat dan warga menarik orang yang tertimbun puing-puing bangunan usai gempa 7,7 skala Richter mengguncang negara Asia Tenggara itu.

Htet Min Oo hampir tidak selamat ketika dinding bata menimpanya. Pria berusia 25 tahun itu mengatakan nenek dan dua pamannya masih tertimbun di bawah puing-puing bangunan yang ia coba singkirkan dengan tangannya.

Baca Juga

"Terlalu banyak puing-puing, dan tidak ada tim penyelamat yang mendatangi kami," katanya, Ahad (30/3/2025).

Myanmar dilanda krisis perang saudara sejak militer mengkudeta pemerintah terpilih pada 2021 lalu. Lembaga kemanusiaan mengatakan gempa yang menewaskan 1.000 orang lebih terjadi saat negara itu dalam kondisi rentan, setelah kekuasaan militer dan perang sipil menghancurkan infrastruktur dan memaksa jutaan orang mengungsi.

"Gempa besar menghantam negara ini di waktu yang sangat buruk, Myanmar tidak mampu menghadapi bencana lagi," kata deputi direktur Program Pangan PBB (WFP) Myanmar Sheela Matthew.

Direktur Komite Penyelamatan Internasional (IRC) Myanmar Mohammad Riyas mengatakan masyarakat di seluruh negeri menghadapi kekerasan. Sementara sistem kesehatan kewalahan korban konflik, wabah kolera dan penyakit lainnya.

“Tekanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang terluka akibat gempa bumi akan menyebabkan tekanan yang tak tertandingi pada sumber daya yang sudah terbatas,” tambah Riyas.

Juru bicara junta Myanmar tidak menanggapi permintaan komentar. Pemerintah bayangan yang dinamakan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) mengatakan negara itu membutuhkan bantuan internasional.

Menteri Luar Negeri NGU Zin Mar Aung mengatakan pasukan dari milisi anti-junta yang dinamakan Pasukan Pertahanan Rakyat akan memberikan bantuan kemanusiaan. NGU dibentuk dan diisi pejabat pemerintah yang dikudeta militer pada 2021 lalu.

 

"Ini sangat serius, kami membutuhkan bantuan kemanusiaan dan teknis dari masyarakat internasional," kata Zin Mar Aung, Jumat (28/3/2025) lalu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement