Selasa 25 Mar 2025 09:35 WIB

Amerika Serikat Akui Terpukul Serangan Houthi Yaman, Begini Dampak Fatalnya

Houthi berjanji akan terus melakukan perlawanan.

Houthi berjanji akan terus melakukan perlawanan.
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Houthi berjanji akan terus melakukan perlawanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Mike Waltz mengatakan pada Ahad (23/3/2025) bahwa tiga perempat lalu lintas kargo Amerika Serikat yang harus melewati Laut Merah sekarang terpaksa menghindari wilayah tersebut dan melewati pantai selatan Afrika, karena serangan-serangan yang dilancarkan oleh Houthi di Yaman.

"Sebanyak 75 persen dari pengiriman maritim berbendera Amerika Serikat harus melewati pantai Afrika Selatan dan bukannya Terusan Suez," kata Waltz di CBS dikutip dari Aljazeera, Selasa (25/3/2025). 

Baca Juga

Serangan Houthi berhenti ketika gencatan senjata antara Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan Israel mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, tetapi Houthi melanjutkannya sepekan yang lalu dan bersumpah untuk mengintensifkannya selama Israel melanjutkan serangannya di daerah kantong Palestina yang hancur.

Dalam sebuah percakapan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio mengkonfirmasi pada Ahad malam bahwa pemerintahnya bertekad untuk memulihkan kebebasan navigasi di Laut Merah melalui operasi militer terhadap Houthi, menurut sebuah pernyataan dari kementeriannya.

Menurut juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Sean Parnell, Houthi telah menyerang kapal perang Amerika Serikat "174 kali" dan kapal dagang "145 kali" sejak 2023.

Dalam serangan terbaru Houthi, juru bicara militer kelompok ini, Yahya Saree, mengatakan bahwa kapal induk Amerika Serikat Harry Truman dan kapal-kapal perang di Laut Merah diserang dengan rudal dan pesawat tak berawak selama beberapa jam.

Dia juga mengumumkan penargetan bandara Ben Gurion di Israel dengan rudal balistik. Operasi tersebut berhasil mencapai tujuannya, katanya.

Selama lebih dari sepekan, Amerika Serikat telah melakukan serangan ke kubu Houthi, yang pertama sejak Presiden Donald Trump menjabat pada 20 Januari, menewaskan lebih dari 70 orang dan melukai lebih dari 100 orang lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, menurut data Houthi.

BACA JUGA: Berkat Kecerdasan Ilmuwan Iran, Program Nuklir tak Dapat Diserang atau Dibom Sekalipun

Serangan udara terbaru menewaskan empat orang dan melukai beberapa orang lainnya di ibukota Sanaa dan Saada kemarin malam.

Houthi telah berulang kali mengklaim bertanggung jawab atas penembakan roket ke target-target Israel sejak Israel melanggar gencatan senjata dengan Hamas pada Selasa lalu dengan melanjutkan pengeboman ke Jalur Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement