Sabtu 22 Mar 2025 15:21 WIB

ICMI Gelar Pesantren Kilat Lansia, Ketum ICMI: Belajar Itu Sepanjang Hayat

Banyak tokoh justru mencapai puncak produktivitas di masa lansia.

Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Arif Satria saat membuka Pesantren Kilat Lansia pada Sabtu (22 Maret 2025) di Hotel Oasis Amir, Jakarta.
Foto: icmi
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Arif Satria saat membuka Pesantren Kilat Lansia pada Sabtu (22 Maret 2025) di Hotel Oasis Amir, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Arif Satria menegaskan bahwa usia lanjut bukan alasan untuk berhenti belajar dan berkarya. Menurutnya, banyak tokoh justru mencapai puncak produktivitas di masa lansia, membuktikan bahwa kontribusi dan inovasi tidak mengenal batas usia.

"Meski Lansia, namun jika seseorang berpikir untuk masa depan dan nilai manfaat dirinya bagi orang lain maka ia sebenarnya masih muda," kata Arif saat membuka Pesantren Kilat Lansia, Sabtu (22/3/2025) di Hotel Oasis Amir, Jakarta.

Arif mengakui, dirinya sering bertemu para tokoh senior seperti Mahatir Muhammad dan Emil Salim. Mereka selalu bicara masa depan dan tidak terjebak kenangan masa lalu, meski mereka adalah orang sukses di masanya.

"Padahal, usia Mahatir sudah nyaris 100 tahun namun ia justru banyak bicara soal masa depan dan tidak membahas kesuksesan dirinya di masa silam saat ia memimpin Malaysia," kata Arif.

Begitu juga saat dirinya berdiskusi dengan Almarhum Emil Salim, yang saat itu beusia 95 tahun namun senantiasa bersemangat untuk membahas masalah masa depan.

"Terus terang saya iri, sangat ingin seperti mereka. Jika saya diberikan anugerah usia seperti mereka saya juga ingin tetap produktif seperti mereka dan konsen pada masa depan," kata Arif.

photo
ICMI menggelar pesantren kilat lansia. - (icmi)

Menurutnya, ciri orang yang masih muda adalah mereka yang selalu bicara soal masa depan dan selalu ingin belajar. Arif juga mengatakan, lansia juga selain punya kewajiban menyiapkan masa depan juga harus aktif terlibat sebagai bagian dari masa depan itu juga.

"Ubahlah mindset kita pada mode growth mindset dan jangan fix mindset. Growth mindset adalah pola pikir positif, selalu belajar dan bicara tentang masa depan. Sedang fix mindset, akan takut dengan perubahan, malas belajar dan selalu bicara masa lalu," kata Arif.

Arif juga mengutip ucapan Albert Einstein yang mengatakan, jika seseorang sudah berhenti belajar, maka ia sedang memulai kematiannya.

"Karena itu, sebagai lansia jangan mau berhenti belajar agar usia kita tetap produktif. Selain itu, juga harus terus menjadi pembelajar dan menginternalisasi Sifat Allah yaitu Al-Kholiq dan Al-Badi' yang bermakna menciptakan yang sudah ada dan yang akan ada," kata Arif.

Menggagas Komisi Lansia

Ketum DPP Perempuan ICMI Welya Safitri mengatakan, saat ini lembaganya sedang memperjuangkan terbentuknya Komisi Lansia yang pernah dihapus oleh pemerintah.

"Memberikan layanan bagi Lansia agar selalu produktif dan belajar, memerlukan dukungan pemerintah dalam banyak hal termasuk anggarannya. Jadi kita ingin, pemerintah kembali memperhatikan kebutuhan kaum Lansia secara serius dan konsisten," kata Welya.

Ia menambahkan bahwa selama beberapa tahun terakhir, telah dilakukan berbagai upaya edukasi bagi para lansia mengenai pentingnya pemahaman agama. Melalui Pesantren Lansia ini, para lansia didorong untuk terus belajar dan memperdalam ilmu keagamaan guna meraih cita-cita terbesar yakni mengakhiri hidup dengan husnul khatimah.

"Harapan kami, para Lansia ini dapat terus belajar untuk menyempurnakan pemahaman agamanya dan beramal untuk menyiapkan masa depan yang Husnul Khatimah," kata Welya.

Turut hadir dalam kesempatan Pesantren Kilat Lansia itu, Wakil Ketua Umum ICMI, Andi Anzhar Cakra Wijaya, dan Wasekjen ICMI sekaligus Ketua Panitia Pelaksana Festival Ramadhan ICMI 2025, Hairul Hidayat, Bersama Pengurus MPP ICMI lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement