REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada dua momen yang masyhur dalam bulan suci Ramadhan, yakni Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar. Keduanya kerap dikaitkan dengan peristiwa turunnya Alquran untuk pertama kalinya kepada Nabi Muhammad SAW.
Sepert dilansir dari situs Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ada perbedaan antara Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar. Menurut Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah KH Tafsir, Alquran turun pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Ini berdasarkan keterangan dari sejumlah ayat Alquran dan hadis Nabi SAW.
Misalnya, surah al-Baqarah ayat ke-185 dan ayat pertama dari surah al-Qadr. Begitu pula dengan hadis riwayat Bukhari yang bersumber dari 'Aisyah. "Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan."
Pertanyaannya, mengapa umat Islam memperingati "turunnya Alquran" itu pada 17 Ramadan, bukan pada 21, 22, atau tanggal-tanggal lain pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan? KH Tafsir mengutip penjelasan dari Imam at-Thabari.
Sosok berjulukan "gurunya para penafsir Alquran" (syaikhul mufassirin) itu mengatakan, Alquran yang turun pada 10 hari terakhir Ramadhan atau pada malam Lailatul Qadar itu adalah Alquran dalam bentuk tunggal atau utuh (jumlatan wahidatan).
"Alquran itu turun dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia, namun belum diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW," kata KH Tafsir, menukil Imam at-Thabari.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah itu meneruskan, pertama-tama Alquran turun secara utuh dari Lembaran yang terpelihara (Lauhul Mahfudz) ke langit dunia. Jadi, belum sampai kepada Rasulullah SAW.
View this post on Instagram
Setelah itu, Alquran turun dari langit dunia kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Itulah yang diyakini mayoritas (jumhur) ulama pertama kali terjadi pada 17 Ramadan.