Rabu 19 Mar 2025 21:57 WIB

Israel Meneruskan Genosida di Gaza, 404 Palestina Wafat 

Netanyahu klaim Hamas yang bertanggung jawab.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Seorang syuhada akibat serangan tentara Israel dibawa ke rumah sakit di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Selasa 18 Maret 2025.
Foto: AP Photo/ Mohammad Jahjouh
Seorang syuhada akibat serangan tentara Israel dibawa ke rumah sakit di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Selasa 18 Maret 2025.

REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa gelombang serangan udara terbaru di Gaza, yang membunuh ratusan warga Palestina, hanyalah permulaan dari serangan militer yang lebih luas. Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi pada Selasa (18/3/2025) malam, Netanyahu mengatakan bahwa pasukan Israel akan mengintensifkan serangan mereka terhadap Hamas, dan menekankan bahwa negosiasi gencatan senjata di masa depan akan berlangsung di bawah api.

“Hamas telah merasakan beratnya kekuatan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin menegaskan bahwa ini hanyalah permulaan,” kata Netanyahu, dikutip dari laman financialexpress, Rabu (19/3/2025).

Baca Juga

"Kami akan terus maju hingga kami mencapai tujuan perang kami, membebaskan semua sandera kami, menghabisi Hamas, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel," ujar Netanyahu.

Komentar Netanyahu tersebut dilakukan setelah pemboman dahsyat oleh Israel di seluruh Jalur Gaza. Sehingga Israel merusak gencatan senjata dengan Hamas, yang berlaku sejak 19 Januari 2025. 

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan tersebut sedikitnya membunuh 404 warga Palestina, banyak di antaranya anak-anak dan melukai lebih dari 560 orang lainnya. 

Serangan tersebut menghantam beberapa daerah termasuk Khan Younis, Rafah, Kota Gaza, dan Deir el-Balah, yang dilaporkan dampaknya seluruh keluarga terbunuh.

Negosiasi untuk tahap kedua dari kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas telah terhenti, dengan Israel bersikeras untuk memperpanjang tahap pertama yang sekarang telah berakhir sejak 1 Maret  hingga pertengahan April. 

Pekan lalu, Israel menolak proposal Hamas untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel dan mengembalikan jenazah empat tawanan sebagai imbalan untuk memulai pembicaraan tahap kedua dan mencabut blokade yang baru saja diberlakukan.

Sejak dimulainya gencatan senjata, Hamas telah membebaskan sekitar tiga lusin sandera sebagai imbalan atas pembebasan hampir 2.000 tahanan Palestina. Sementara itu, utusan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, telah mengadvokasi kesepakatan “jembatan” untuk memperpanjang gencatan senjata setelah Ramadhan dan Paskah dengan memfasilitasi pembebasan sandera lebih lanjut.

Netanyahu menyalahkan Hamas atas gagalnya perundingan tersebut, dengan menyatakan, “Israel menerima proposal dari utusan Presiden Trump, Steve Witkoff, namun Hamas menolak. Itulah sebabnya saya mengizinkan pembaruan aksi militer.”

Netanyahu juga mengklaim bahwa Hamas bertanggung jawab penuh atas kematian warga sipil di Gaza. 

“Setiap nyawa tak berdosa yang hilang adalah sebuah tragedi tetapi kesalahan itu terletak pada Hamas,” kata Netanyahu menyalahkan Hamas yang sebenarnya adalah pejuang kemerdekaan Palestina. 

"Saya mendesak warga Gaza untuk menjauhkan diri dari para pejuang Hamas dan pindah ke daerah yang lebih aman,” ujar Netanyahu yang sedang memimpin Israel menjajah Palestina dan melakukan genosida di Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement