Rabu 19 Mar 2025 14:04 WIB

Ketika Warga Yahudi Mengadu pada Umar

Orang Yahudi ini mengadukan keadaannya yang diintimidasi gubernur Mesir.

Umar bin Khattab
Foto: dok wiki
Umar bin Khattab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tahun sesudah wafatnya Abu Bakar ash-Shiddiq, wilayah kedaulatan Islam telah mencakup Mesir. Di bawah pemerintahan khalifah penggantinya, yakni Umar bin Khattab, seorang komandan militer didaulat menjadi gubernur kawasan tersebut. Dialah Amr bin Ash.

Berbeda dengan sang khalifah, gubernur Mesir itu condong pada gaya hidup flamboyan. Tempat tinggalnya adalah istana. Sehari-hari, Amr bin Ash selalu mengenakan pakaian yang bagus.

Baca Juga

Cita-citanya membangun Mesir sebagai negeri yang kaya dan makmur. Hingga saat itu, di Kairo sudah berdiri bangunan-bangunan penting, semisal kantor gubernur, madrasah, dan alun-alun.

Yang dirasa masih kurang ialah masjid raya. Menurut Amr, masjid yang sudah ada perlu diperluas agar mampu menampung jamaah yang jumlahnya kian banyak dari waktu ke waktu.

Kebetulan, lahan di sebelah masjid tersebut dimiliki seorang warga yang beragama Yahudi. Lelaki non-Muslim itu sudah mendengar desas-desus tentang rencana proyek pengembangan masjid Kairo. Ia pun mulai was-was, rumahnya akan digusur oleh sang gubernur.

Benar saja, beberapa kali utusan Amr bin Ash mendatangi rumahnya. Mula-mula, orang yang dikirim sang gubernur itu sebatas membujuk si Yahudi agar mau menjual rumahnya ke negara.

Namun, warga Yahudi ini bersikeras menolak.

Dari hari ke hari, makin banyak utusan Amr bin Ash yang menyambangi rumahnya. Terakhir, mereka sampai membentak dan mengancamnya.

Karena tidak tahan lagi, orang Yahudi itu lalu pergi ke pusat kekhalifahan Islam, yakni Madinah, guna mengadukan keadaannya kepada Khalifah Umar.

Sepanjang perjalanan, si Yahudi agak cemas juga. Ia berpikir, seorang gubernur saja sudah begitu sok kuasa. Bagaimana dengan khalifah yang jadi atasannya? Apalagi, ia pun hanyalah seorang non-Muslim.

Akhirnya, si Yahudi tiba di Madinah. Setelah bertanya kepada beberapa orang di pasar, ia pun melangkahkan kaki ke arah rumah yang ditunjukkan mereka. Di sanalah Umar tinggal.

“Pak, apakah Anda tahu di mana istana Khalifah Umar bin Khattab?” tanyanya.

“Rumah Umar? Ya, saya tahu. Istananya di atas lumpur, pengawalnya adalah anak-anak yatim piatu, para janda tua, orang-orang miskin, dan papa. Pakaian kebesarannya ialah rasa malu dan ketakwaan kepada Allah,” jawab pria itu panjang lebar.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement