REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN— Menteri Pertahanan Yaman telah menjanjikan kesiapan tempur penuh negara tersebut untuk membalas tindakan provokasi dan agresi musuh dengan cara yang sama, dan memperingatkan bahwa Angkatan Bersenjata negara tersebut siap untuk melakukan serangan.
Mayor Jenderal Mohammed Nasser al-Atifi menyampaikan pernyataan tersebut saat ketegangan meningkat antara Yaman dan Amerika Serikat setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan serangan udara mematikan di Yaman pada Ahad malam, Press TV melaporkan dikutip dari Mehrnews, Rabu (19/3/2025).
Serangan tersebut diluncurkan beberapa jam setelah gerakan perlawanan Ansarallah memperingatkan bahwa Angkatan Bersenjata Yaman akan menargetkan kapal induk Amerika Serikat dan kapal-kapal perang di wilayah tersebut.
Yaman menegaskan bahwa pihaknya akan melanjutkan operasi pro-Palestina terhadap target-target sensitif dan strategis di seluruh wilayah yang diduduki dan kapal-kapal Israel yang melintasi jalur-jalur perairan utama.
"Yaman telah mengeluarkan peringatan publik bahwa mereka tidak akan dipaksa untuk tetap diam terhadap agresi Zionis dalam kebrutalan, kelaparan, dan pengepungan yang tidak adil terhadap warga Palestina di Gaza, dan bahwa mereka akan membalas pengepungan tersebut dengan pengepungan dan eskalasi dengan eskalasi," ujar Atifi.
Dia menegaskan kembali hal itu. "Jika musuh Zionis mencabut pengepungannya terhadap warga Gaza, angkatan bersenjata Yaman siap untuk mengembangkan konfrontasi secara proporsional sesuai dengan besarnya tantangan dan situasi darurat."
Menurut laporan Press TV, pejabat tersebut mengacu pada rezim Israel yang telah memblokir masuknya barang-barang bantuan penting ke Jalur Gaza, termasuk bahan makanan, obat-obatan, dan air.
BACA JUGA: Berkat Kecerdasan Ilmuwan Iran, Program Nuklir tak Dapat Diserang atau Dibom Sekalipun
Rezim Zionis Israel tetap mempertahankan blokade tersebut, sementara berulang kali melakukan serangan mematikan terhadap Gaza yang merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata yang diharapkan dapat mengakhiri perang genosida selama lebih dari 15 bulan yang dilakukan Tel Aviv terhadap wilayah yang telah miskin dan hancur lebur itu.
Pelanggaran meningkat tajam pada Selasa, merenggut nyawa lebih dari 350 warga Gaza, sebagian besar wanita dan anak-anak.