Kamis 13 Mar 2025 23:31 WIB

Trump Urungkan Niat Pindahkan Warga Gaza, Begini Reaksi Hamas

Hamas sambut baik pembatalan rencana relokasi warga Gaza.

Warga Palestina berbuka puasa bersama diantara reruntuhan rumah dan bangunan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Sabtu (1/3/2025). Pasca gencatan senjata, warga Palestina menjalani bulan suci Ramadhan dengan lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Meski hidup ditengah kondisi kota yang hancur, namun pada Ramadhan tahun ini warga Palestina di Gaza bisa melakukan buka puasa dan ibadah Ramadhan bersama dengan tenang.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina berbuka puasa bersama diantara reruntuhan rumah dan bangunan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Sabtu (1/3/2025). Pasca gencatan senjata, warga Palestina menjalani bulan suci Ramadhan dengan lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Meski hidup ditengah kondisi kota yang hancur, namun pada Ramadhan tahun ini warga Palestina di Gaza bisa melakukan buka puasa dan ibadah Ramadhan bersama dengan tenang.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA— Kelompok perlawanan Palestina, Hamas menyambut baik pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menolak rencana pemindahan massal warga Palestina dari Jalur Gaza, yang telah hancur akibat perang.

Pada Rabu (12/3/2025), Trump memastikan “tidak akan mengusir warga Palestina dari Gaza”, ketika menanggapi pertanyaan usai pertemuannya dengan Perdana Menteri Irlandia Micheal Martin.

Baca Juga

"Jika pernyataan Presiden Amerika Serikat Trump merupakan penolakan dari semua gagasan untuk memindahkan warga Jalur Gaza, maka itu disambut baik," kata juru bicara Hamas Hazem Qassem dalam sebuah pernyataan, Kamis.

"Kami menyerukan untuk memperkuat posisi ini dengan mewajibkan penjajah (Israel) untuk melaksanakan semua ketentuan perjanjian gencatan senjata (Gaza)," ujarnya, menambahkan.

Juru bicara Hamas itu mendesak Trump untuk menahan diri dari "berpihak pada visi sayap kanan Zionis ekstrem" terhadap warga Palestina dan tanah mereka.

Komentar Trump muncul setelah pejabat keuangan sayap kanan Israel Bezalel Smotrich mengatakan bahwa Tel Aviv akan membuka kantor "Otoritas Emigrasi" baru di bawah otoritas pertahanan untuk mengatur pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza, menurut beberapa laporan media.

Padahal, KTT Arab dan pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam pada awal Maret menyetujui rencana komprehensif negara-negara Arab untuk membangun kembali Gaza tanpa menggusur penduduk Palestina.

BACA JUGA: Berkat Kecerdasan Ilmuwan Iran, Program Nuklir tak Dapat Diserang atau Dibom Sekalipun

Rencana tersebut diperkirakan akan membutuhkan waktu lima tahun dengan perkiraan biaya sekitar 53 miliar dolar AS (sekitar Rp869,4 triliun).

Proposal dari Arab itu muncul menyusul rencana Trump untuk "mengambil alih" Gaza dan memukimkan kembali warga Palestina ke lokasi lain serta mengubah wilayah tersebut menjadi tujuan wisata.

Gagasan tersebut ditolak oleh dunia Arab dan banyak negara lain, karena dianggap sama saja dengan pembersihan etnis.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement