Kamis 13 Mar 2025 19:44 WIB

Sombong dan Menolak Surga

Orang yang sombong tidak pantas masuk ke dalam surga-Nya.

ilustrasi sifat sombong.
Foto: agung supriyanto
ilustrasi sifat sombong.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sifat sombong bisa jadi karena banyaknya harta yang dimiliki, cantiknya wajah yang dipunyai atau luasnya ilmu.

Karena itu, tak heran bila 'virus' ini bisa menjangkiti siapa saja. Siapa pun harus waspada. Apa pun yang kita miliki, sesungguhnya semua berasal dari Allah SWT dan sewaktu-sewaktu bisa meninggalkan kita atau kita meninggalkannya. Tak jarang itu terjadi dalam sekejap mata.

Begitu pun mereka yang melakukan kebajikan, tak layak untuk sombong. Apalagi sampai berpikir bahwa amal-amal yang dilakukannya akan mengantarkannya menuju surga atau menghindarkannya dari neraka.

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat, ''Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (al-husna) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.'' (QS Yunus: 26).

Beliau berkomentar, "Mereka (penghuni surga itu) sebenarnya tidak layak mendapatkannya karena amal perbuatan mereka, melainkan berkat kemurahan dan rahmat Allah SWT semata."

Memang demikian halnya, andai bukan karena taufik, hidayah, dan kekuatan yang diberikan Allah SWT, tak seorang pun di antara kita melakukan kebajikan. Bahkan, kendati pun sekadar membuang duri dari jalanan.

Namun, tidaklah bisa disebut sombong orang yang rajin beribadah disebabkan ia (memang) takut (khauf) akan ancaman neraka-Nya, atau karena ia mengharap (roja') akan surga-Nya. Kedua sikap ini tidak bertentangan dengan keridhaan-Nya.

Bahkan, rasa takut dan harap ini adalah dua unsur yang selalu ada pada keimanan seseorang. Rasa takut dan harap ini tidak akan muncul pada diri seseorang, kecuali ia memiliki keyakinan yang pasti (tashdiqul jazm) terhadap keberadaan kehidupan akhirat yang dahsyat.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

''Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikit pun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya dan tidak mereka akan ditolong.'' (QS Al-Baqarah: 123).

sumber : Hikmah Republika oleh Muhammad Ishak
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement