Jumat 07 Mar 2025 15:05 WIB

Imam Besar Turki: Muslim yang Enggan Boikot Produk Israel Harus Dipertanyakan Imannya

Erbas pun mendesak agar boikot dipatuhi dengan ketat oleh umat Islam.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Sejumlah restoran cepat saji yang terafiliasi dengan Israel membuka tokonya di sekitar Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. Meski dunia Islam menyerukan memboikot produk-produk restoran seperti KFC, McD, Pizza Hut, hingga Starcbuck, tetapi masih saja restoran-restoran yang mendukung genosida di Gaza Palestina terlihat dikunjungi pembeli.
Foto: Republika/Karta Raharja Ucu
Sejumlah restoran cepat saji yang terafiliasi dengan Israel membuka tokonya di sekitar Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. Meski dunia Islam menyerukan memboikot produk-produk restoran seperti KFC, McD, Pizza Hut, hingga Starcbuck, tetapi masih saja restoran-restoran yang mendukung genosida di Gaza Palestina terlihat dikunjungi pembeli.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Direktorat Urusan Agama (Diyanet) yang memiliki otoritas keagamaan tertinggi di Turki, Ali Erbas menyebutkan, umat Islam yang terus menggunakan produk Israel atau produk dari perusahaan yang mendukung Israel harus mempertanyakan keimanan mereka.

Dia mengungkapkan, Muslim yang membawa produk yang terafiliasi dengan Israel ke rumah seseorang dapat merusak identitas keagamaan orang tersebut.Dalam pidatonya setelah sholat di Masjid Millet Ankara pada 5 Maret 2025, Imam Besar Turki ini menjelaskan, pada bulan suci Ramadhan tahun ini bahwa Masjid Al-Aqsa benar-benar sepi. Karena itu, dia pun mengajak kepada umat Islam untuk terus berdoa kepada Allah. 

Baca Juga

"Marilah kita berdoa agar Allah memberikan Al-Aqsa pembebasannya sesegera mungkin," ujar Erbas seperti dilansir dari nordicmonitor, Jumat (7/3/2025). 

Namun, lanjut dia, hal tersebut tidak akan terjadi tanpa upaya dari orang-orang beriman. Jika dua miliar umat Islam di seluruh dunia bersatu, menurut dia, baru lah pembebasan akan datang ke Al-Aqsa, ke Gaza, dan ke Palestina. 

"Inilah yang harus kita serukan ke seluruh dunia. Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk menyatukan umat Islam dalam persatuan," ucap dia. 

Erbas pun mendesak agar boikot yang menyasar produk-produk yang terkait dengan Israel dipatuhi dengan ketat oleh seluruh umat Islam di dunia. 

“Jika seorang Muslim mendukung mereka yang mendukung para penindas, jika mereka tidak mematuhi boikot, jika mereka masih membawa produk-produk yang diboikot ke rumah mereka, mereka seharusnya mempertanyakan keimanan mereka," kata Erbas.

Kelompok-kelompok Islam di Turki menyerukan boikot terhadap produk-produk buatan Israel atau milik Israel, dengan alasan pembunuhan puluhan ribu warga sipil di Gaza sejak Oktober 2023 lalu. Namun, tidak ada daftar resmi produk terlarang yang didukung pemerintah, dan upaya boikot sebagian besar masih didorong oleh kampanye media sosial.

Dalam sebuah pertemuan pada 16 November 2023 lalu, imam besar pemerintah mengumumkan bahwa Diyanet telah memutuskan untuk mendukung boikot perusahaan yang mendukung Israel dan menyerukan kepada masyarakat Turki untuk ikut serta. Namun, belum ada informasi yang dibagikan mengenai produk apa saja yang dimaksud.  

Menyusul kritik publik dalam menanggapi protes terhadap Israel, pemerintah Erdogan terpaksa mengambil sikap lebih keras dan mengumumkan pada 9 April 2024 bahwa mereka akan memberlakukan pembatasan perdagangan terhadap Israel sebagai tanggapan atas konflik di Gaza. 

Namun, statistik resmi menunjukkan bahwa perdagangan dengan Israel terus berlanjut melalui negara ketiga dan Palestina. Media juga melaporkan bahwa para pebisnis yang dekat dengan pemerintah masih melakukan perdagangan dengan Israel.

photo
Rupa-Rupa Dampak Boikot Israel - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement