REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Lampung menggandeng Institut Teknologi Sumatera (Itera) dalam kegiatan rukyatul hilal.
"Penentuan awal Ramadhan 1446 Hijriah akan dilaksanakan pada Jumat (28/2) bersama Itera," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Kanwil Kemenag Lampung Erwinto, di Bandarlampung, Kamis.
Dia mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari upaya penentuan awal Ramadhan 1446 H dan akan melibatkan ormas Islam, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta pemerintah daerah.
"Rukyatul hilal merupakan metode pengamatan langsung bulan sabit pertama (hilal) setelah terjadinya ijtima’ (konjungsi) untuk menentukan awal bulan dalam kalender Hijriyah," kata dia.
Ia menjelaskan, pengamatan ini dilakukan pada saat matahari terbenam di hari ke-29 bulan hijriah dan apabila hilal berhasil terlihat dengan mata telanjang atau menggunakan alat bantu optik seperti teleskop, maka bulan baru dinyatakan telah dimulai.
"Namun, jika hilal tidak terlihat, maka bulan berjalan digenapkan menjadi 30 hari (istikmal). Rukyatul hilal merupakan tahapan krusial dalam penetapan awal bulan Hijriyah yang akan menjadi dasar keputusan dalam Sidang Isbath Kementerian Agama RI," kata dia.
Dia mengatakan bahwa untuk di Lampung, observasi akan difokuskan di Itera. Rukyatul hilal ini akan berlangsung serentak di seluruh Indonesia, dimana setiap titik pemantauan akan melaporkan hasilnya ke Badan Hisab Rukyat Kemenag Pusat sebagai bahan pertimbangan dalam Sidang Isbath.
"Hasil akhir penetapan 1 Ramadhan 1446 H tetap menunggu keputusan resmi yang akan diumumkan dalam sidang Isbath tersebut," kata dia.
Ketua Tim Pengamatan Hilal Ramadan 1446 H OAIL Itera Dr. Annisa Novia Indra Putri, S.Si., M.Si., menyampaikan bahwa tim OAIL akan menggunakan Teleskop Robotik OZT-ALTS, sebuah refraktor triplet apokromat berdiameter 152 mm dengan panjang fokus 1.200 m. Pada pengamatan rukyatul hilal.
"Pengamatan juga akan didukung oleh kamera CCD monokrom berkecepatan tinggi dengan filter inframerah serta kamera CMOS berwarna. Selain itu, OAIL menyediakan dua teleskop portable Barride Optics A-102 (diameter 102 mm, panjang fokus 900 mm), binokuler, dan teleskop Utopia III (diameter 70 mm, panjang fokus 500 mm) bagi peserta yang hadir," kata dia.
I mengatakan secara astronomis, awal bulan Hijriah ditandai dengan terlihatnya bulan sabit muda (hilal) saat Matahari terbenam pada tanggal 29 bulan Hijriah.
"Jika hilal tidak terlihat atau tidak memungkinkan untuk diamati, maka bulan Hijriah digenapkan menjadi 30 hari. Tahun ini, 29 Sya’ban 1446 H bertepatan dengan 28 Februari 2025. Berdasarkan perhitungan tim OAIL, konjungsi toposentrik terjadi pada 28 Februari 2025 pukul 06.03 WIB," kata di.
Dia mengatakan bahwa saat matahari terbenam di Itera pada pukul 18.19 WIB, dan bulan akan berada di horizon barat dengan umur sabit Bulan 12 jam 4 menit.
"Berdasarkan perhitungan toposentrik, ketinggian bulan saat matahari tenggelam adalah +03°:38′:55″, dengan azimut +263°:58′:02″ dan beda azimut +04°:48′:07″ dari lokasi Matahari terbenam. Sementara itu, elongasi Bulan tercatat sebesar +05°:09′:32″. Bulan diperkirakan terbenam pada pukul 18.39 WIB di lokasi pengamatan," kata dia.
Meskipun ketinggian hilal sudah melebihi kriteria visibilitas hilal Neo MABIMS (minimal 3 derajat), elongasi hilal masih belum memenuhi kriteria minimal 6,4 derajat.
"Oleh karena itu, hasil akhir penentuan 1 Ramadan 1446 H tetap menunggu sidang isbat yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia," kata dia.