Selasa 21 Jan 2025 06:31 WIB

Ramai Menteri Marah-Marah, Bagaimana Mengendalikan Amarah dalam Islam? 

Para pegawai memprotes sikap menteri yang suka marah-marah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Amarah (ilustrasi)
Foto: Republika
Amarah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kabar adanya menteri yang suka marah-marah dalam pemerintahan Prabowo Subianto. Bahkan, menteri itu juga diduga suka menampar anak buahnya.

Nama sang menteri pun sedang ramai menjadi pembicaraan di media sosial. 

Baca Juga

Para pegawai di kementerian itu lalu menggelar aksi protes di depan kantor kementerian di Jalan Pintu Senayan, Jakarta, Senin (20/1/2025). Salah spanduk yang ditunjukkan para pendemo tersebut berbunyi: 

"Pak Presiden, selamatkan kami dari menteri pemarah, suka main main tampar, dan main pecat."

Terlepas dari masalah tersebut, lalu bagaimana cara mengendalikan amarah dalam Islam?

Amarah merupakan salah satu bisikan setan yang jahat, yang menyebabkan begitu banyak kejahatan dan tragedi, yang hanya Allah yang mengetahui sepenuhnya. Karena alasan inilah Islam banyak berbicara tentang sifat buruk ini, dan Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan pengobatan untuk "penyakit" ini dan cara untuk membatasi efeknya. 

Sebagaimana dilansir dari laman Islamqa, berikut beberapa cara mengendalikan amarah dalam Islam: 

1. Membaca kalimat Ta'awufz

Sulaiman bin Sard berkata: "Aku sedang duduk bersama Nabi, dan dua orang saling memfitnah. Salah satu dari mereka wajahnya merah, dan urat-urat di lehernya menonjol. Nabi berkata, 'Aku mengetahui sebuah kalimat yang jika dia mengucapkannya, apa yang dia rasakan akan hilang. Jika dia mengatakan, "Audzubillahiminasyaitonirojim (Aku berlindung kepada Allah dari Setan yang terkutuk)," apa yang dia rasakan (yaitu, kemarahannya) akan hilang.'" (HR. al-Bukhari, al-Fath, 6/337)

2. Diam

Cara kedua untuk mengendalikan amarah dalam Islam adalah dengan   diam. Rasulullah SAW bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR. Imam Ahmad, al-Musnad, 1/329)

Hal ini karena, dalam kebanyakan kasus, orang yang marah kehilangan kendali diri dan dapat mengucapkan kata-kata buruk dan kutukan, atau kata-kata fitnah yang akan mendatangkan permusuhan dan kebencian orang lain. Jadi, singkatnya, diam adalah solusi yang membantu seseorang untuk menghindari semua itu.

3. Duduk dan Berbaring

Rasulullah SAW bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian marah dan ia berdiri, hendaklah ia duduk, agar amarahnya hilang; jika tidak hilang, hendaklah ia berbaring."

Nasihat Rasulullah ini akan mencegah orang yang sedang marah menjadi tidak terkendali, karena ia dapat menyerang dan melukai seseorang, atau bahkan membunuh.

Duduk membuat seseorang tidak mudah menjadi terlalu bersemangat. Sedangkan berbaring akan membuatnya semakin kecil kemungkinannya untuk melakukan sesuatu yang gila atau berbahaya.

Al-'Allamah al-Khattabi berkata dalam tafsirnya tentang Abu Dawud:

"Orang yang berdiri berada dalam posisi untuk menyerang dan menghancurkan, sedangkan orang yang duduk lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan itu, dan orang yang berbaring tidak dapat melakukan keduanya. Mungkin saja Nabi SAW menyuruh orang yang marah untuk duduk atau berbaring agar dia tidak melakukan sesuatu yang akan disesalinya nanti. Dan Allah Maha Mengetahui." (Sunan Abi Dawud, dengan Ma'alim al-Sunan, 5/141)

4. Mengikuti nasihat Nabi

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW, “Berilah aku nasihat.” 

Beliau menjawab, “Janganlah kamu marah.” 

Laki-laki itu mengulangi permintaannya beberapa kali, dan setiap kali itu pula Nabi SAW bersabda kepadanya, “Janganlah kamu marah.” (HR Al-Bukhari, Fathul Bari, 10/456)

Menurut riwayat lain, laki-laki itu berkata, “Aku memikirkan apa yang dikatakan Nabi SAW, maka aku menyadari bahwa marah itu dapat menyatukan semua jenis keburukan.” (Musnad Ahmad, 5/373)

5. Mengetahui kedudukan orang sabar

Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang kuat bukanlah orang yang dapat mengalahkan orang lain (dalam gulat), tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika marah." (HR. Ahmad, 2/236K. 

Semakin besar amarahnya, semakin tinggi pula kedudukan orang yang sabar. Rasulullah SAW juga bersabda: “Orang yang paling kuat adalah orang yang jika marah, mukanya memerah, dan bulu kuduknya berdiri, ia mampu menahan amarahnya.” (HR Imam Ahmad, 5/367). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement