Senin 13 Jan 2025 16:17 WIB

Sejak Awal Berdiri, Muhammadiyah Telah Miliki Etos Ekonomi yang Canggih

Ada dua pilar utama etos kerja di Muhammadiyah.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir membawakan pidato sambutan dalam acara peluncuran buku Bangkitnya Kewirausahaan Sosial - Kisah Muhammadiyah di Museum Muhammadiyah, kampus UAD, DI Yogyakarta, Senin (13/1/2025).
Foto: muhammadiyah
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir membawakan pidato sambutan dalam acara peluncuran buku Bangkitnya Kewirausahaan Sosial - Kisah Muhammadiyah di Museum Muhammadiyah, kampus UAD, DI Yogyakarta, Senin (13/1/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir memaparkan sejarah panjang Muhammadiyah sebagai pelopor gerakan social enterprise di Tanah Air. Saat dirintis KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 1922, tutur Haedar, Persyarikatan terus mengembangkan cabang dan rantingnya ke berbagai daerah.

Umumnya, kawasan-kawasan yang menjadi tempat tumbuhnya Muhammadiyah kala itu ialah daerah-daerah kantong kewirausahaan (entrepreneurship). Semua itu tersebar baik di Jawa maupun luar Jawa.

Baca Juga

“Pertumbuhan Muhammadiyah pada era KH Ahmad Dahlan, dengan berkembangnya ranting dan cabang di seluruh Tanah Air, itu rata-rata berkorelasi dengan kawasan-kawasan entrepreneur. Di Kotagede, Klaten, Solo, Surabaya, Banyuwangi, Semarang, Pekalongan, Garut, Tasikmalaya, Bandung, Jakarta, Padang Panjang, Makassar, sampai kawasan-kawasan lain. Itu rata-rata kawasan wirausaha,” ujar Haedar Nashir saat membuka peluncuran buku Bangkitnya Kewirausahaan Sosial: Kisah Muhammadiyah di Museum Muhammadiyah, kampus UAD, DI Yogyakarta, Senin (1/3/2025).

Lantaran terhubung dengan simpul-simpul kewirausahaan, perkembangan Muhammadiyah pada era Kiai Ahmad Dahlan pun terbilang pesat. Pada 1922, Persyarikatan sudah sampai ke Aceh. Bahkan, sekira empat tahun kemudian, syiar dakwahnya sudah mencapai Merauke, Papua.

"Bisa bayangkan, ketika itu perjalanan susah sekali. Muhammadiyah dibawa oleh seorang ulama yang juga seorang wirausahawan. Jadi korelasinya di situ,” ucap Haedar.

Amal-amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi dibangun dengan semangat kemandirian dan efisiensi. Spirit itulah yang terus dimiliki Persyarikatan sejak dahulu hingga kini.

“Bahwa ada kerja sama dengan pemerintah untuk beberapa tempat dan lokasi, itu bagian dari semangat pemerintah memandang Muhammadiyah sebagai mitra strategis untuk bangsa,” jelasnya.

Haedar membeberkan dua pilar utama etos kerja di Muhammadiyah, yakni ujrah dan ajra. Dalam arti, keduanya itu berkait kelindan sehingga menyelaraskan antara profesionalisme dan niat meraih ridha Allah SWT.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Haedar Nashir (@haedarnashirofficial)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement