REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Kelompok-kelompok bantuan berjuang untuk membawa pakaian musim dingin untuk anak-anak Gaza. OCHA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, mengatakan dalam laporannya baru-baru ini bahwa Israel menghalangi pengiriman pakaian hangat, selimut, dan terpal yang sangat dibutuhkan.
OCHA menyebutkan bahwa terbatasnya kapasitas kargo di penyeberangan, persyaratan koordinasi yang panjang yang diberlakukan oleh pihak Israel untuk membawa barang-barang penampungan ke Jalur Gaza, dan seringnya terjadi penolakan terhadap barang-barang tersebut, di samping tingginya risiko penjarahan bersenjata sebagai tantangan utama.
Setidaknya 945.000 orang di Gaza membutuhkan barang-barang tersebut.
Laporan tersebut menjelaskan, selama lebih dari sebulan, sekitar 13.000 paket pakaian anak-anak telah menunggu masuk ke Gaza dari Tepi Barat dan lebih dari 11.000 paket pakaian anak-anak telah hilang karena penjarahan. Akibatnya, hanya 19.000 paket pakaian anak-anak dari total 220.000 paket yang telah dibeli yang sejauh ini telah masuk ke Gaza.
- Humanitarians face challenges to deliver winter clothing into Gaza.
- At least 369 aid workers have been killed since October 2023.
- Hospitals are running out of fuel, placing the lives of patients and newborns at grave risk.
More: https://t.co/rzqeG6xABj pic.twitter.com/Fums8t5bHp
— OCHA OPT (Palestine) (@ochaopt) January 9, 2025
Ini diberikan kepada anak-anak yang rentan, termasuk bayi yang baru lahir di rumah sakit dan anak-anak yang berada di tempat penampungan.
OCHA juga menyatakan di media sosial, “Antara 6 Oktober dan 31 Desember, PBB telah mencoba 165 kali untuk mengakses daerah-daerah yang terkepung di Gaza Utara."“Dari jumlah tersebut, 149 di antaranya ditolak oleh pihak berwenang Israel, dan 16 lainnya dihalangi.”
UNICEF melaporkan, serangan terbaru, menyebabkan lima anak dilaporkan tewas di Al Mawasi. "Bagi anak-anak Gaza, tahun baru ini membawa lebih banyak kematian dan penderitaan akibat serangan, kekurangan, serta meningkatnya paparan terhadap cuaca dingin," ujar Direktur Eksekutif Catherine Russell dalam pernyataannya, seraya menambahkan, "Gencatan senjata sudah sangat mendesak."
Menyoroti krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza, UNICEF mencatat bahwa lebih dari satu juta anak hidup di tenda darurat, dengan banyak keluarga yang telah mengungsi selama berbulan-bulan.
"Sejak 26 Desember, delapan bayi dan balita dilaporkan meninggal akibat hipotermia, ancaman besar bagi anak-anak kecil yang tidak mampu mengatur suhu tubuh mereka," kata UNICEF.
Kerusakan infrastruktur sipil serta rumah sakit yang kewalahan memperburuk situasi. UNICEF juga mencatat penutupan Rumah Sakit Kamal Adwan, satu-satunya rumah sakit anak di Gaza utara, setelah serangan Israel bulan lalu.