Jumat 10 Jan 2025 07:36 WIB

Senarai Kisah Ashabul Kahfi: Tegas di Hadapan Penguasa (Bagian III)

Para pemuda ini memiliki keyakinan yang kuat pada ajaran tauhid.

ILUSTRASI Seorang di antara para ashabul kahfi berasal dari lingkungan kekuasaan.
Foto: MgIt03
ILUSTRASI Seorang di antara para ashabul kahfi berasal dari lingkungan kekuasaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam uraian sebelumnya, dikisahkan bahwa Maximilian yang mulai tersadar, betapa paganisme adalah ajaran yang tidak masuk akal. Mengapa manusia harus menyembah berhala-berhala? Padahal, benda-benda itu tak memberi manfaat sedikitpun, begitu pula tidak dapat mencelakakan manusia sama sekali? Helen, sang istri yang memang sedari awal sudah beriman pada ajaran Nabi Isa AS, menenangkan dirinya.

Helen mengatakan kepadanya, penyembahan pada berhala memang tidak sesuai fitrah penciptaan manusia. Bagaimana mungkin manusia menyembah apa yang dibentuk oleh tangannya sendiri? Istrinya itu mengatakan kepadanya, Nabi Isa AS telah mengajarkan kebenaran, bahwa manusia seharusnya beriman kepada Allah, Tuhan Yang Satu.

Baca Juga

Sejak saat itu, Maximilian mulai belajar Injil. Di rumahnya, dia kerap mengundang seorang alim Nasrani untuk mengajarkan kepadanya ajaran Nabi Isa AS. Tentunya, hal itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindar dari kecurigaan mertuanya, yang tak lain gubernur Daqyanus, si penguasa lalim lagi musyrik.

Tegas di hadapan penguasa

Sementara itu, penindasan atas orang-orang Nasrani semakin gencar. Suatu hari, seorang tokoh lokal yang beriman pada tauhid dihukum dengan cara disalib. Bahkan, jasadnya kemudian dibakar dan ditampilkan di dekat pasar. Hal itu menjadi cara penguasa Romawi untuk memperingatkan rakyat agar selalu takut dan tidak berpaling dari politeisme.

Melihat kejadian ini, Maximilian tergerak untuk membantu keluarga syuhada tersebut. Pada malam hari, dia dan lima orang pengawalnya diam-diam menurunkan jasad martir itu, sehingga bisa diserahkan pada ahli waris dan dikuburkan secara layak. Tindakan Maximilian menjadi peluang bagi sejumlah pejabat di istana yang memang sejak semula menganggapnya hanya orang asing dari Roma—bukan asli Ephesus.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement