REPUBLIKA.CO.ID, KOTA BEKASI -- Indonesia masih perlu memaksimalkan potensi industri halal di dalam negeri. Hal itu disampaikan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Haikal Hasan.
Mengutip data dari National Statistics BMI-A Fitch Solutions Company, pasar makanan dan minuman halal menunjukkan peningkatan tajam dalam satu dekade terakhir. Itu dipacu antara lain pertumbuhan pesat populasi Muslim global.
Haikal Hassan mengatakan, pasar halal global diperkirakan mencapai 1,3 triliun dolar Amerika Serikat (AS) pada 2025 atau sekitar Rp 21.115 triliun, melonjak dari 899,9 juta dolar AS pada 2018 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan 5,2 persen dalam kurun 2018-2028.
Sayangnya, lanjut Haikal, RI masih kalah dalam aspek memaksimalkan potensi industri halal bila dibandingkan dengan negara-negara lain, semisal China dan India.
"Coba lihat pasar halal tembus 20 ribu triliun (dolar AS). Nomor berapa (peringkat) Indonesia? Nomor delapan. Ini cukup menyedihkan. Sebuah potensi yang hilang," ujar sosok yang akrab disapa Babe Haikal itu dalam acara peresmian As-Syafi'iyah Halal Center di Graha Alawiyah, Kampus 2 Universitas Islam As-syafi'iyah (UIA), Kota Bekasi, Rabu (8/1/2025).
Ia memaparkan, nilai ekspor halal Indonesia baru mencapai 13,38 miliar dolar AS. Padahal, China yang bukan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) saja sudah mencapai 31,81 miliar dolar AS. Adapun India sebesar 26 miliar dolar AS, sedangkan Brazil menggondol 20 miliar dolar AS.
Haikal mengatakan, salah satu kelemahan Indonesia ialah belum tertibnya sertifikasi halal. Bila masalah ini dapat diatasi, ia mengaku optimistis nilai ekspor halal RI dapat melampaui China.