Selasa 07 Jan 2025 16:49 WIB

Meluaskan Makna Rezeki

Dalam Islam, rezeki bermakna lebih luas dari sekadar uang atau materi duniawi.

ILUSTRASI Rezeki tidak hanya berwujud uang atau materi duniawi.
Foto: pxhere
ILUSTRASI Rezeki tidak hanya berwujud uang atau materi duniawi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kita pasti tidak asing lagi dengan ungkapan "time is money" (waktu adalah uang). Ungkapan itu di satu sisi ada benarnya, yaitu bagi seorang pedagang, waktu yang digunakan adalah untuk menghasilkan keuntungan (uang). Waktu baginya sangat berharga, bahkan satu detik sekalipun.

Tetapi di sisi lain, jika ungkapan tersebut disalahpahami, maka seseorang mempersempit makna waktu dan rezeki. Ia akan mempergunakan waktunya seketat mungkin untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya.

Baca Juga

Jika ada uang, ia sangat bangga dan gembira karena menganggap itulah rezeki. Begitu juga sebaliknya, jika tidak ada uang, ia akan bersedih karena merasa tidak mendapatkan rezeki.

Padahal, di dalam Islam, rezeki itu lebih luas dari sekadar uang atau materi duniawi. Ilmu, hidayah, iman, dan Islam, semua itu adalah rezeki yang tak ternilai harganya.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Ya Allah, berikanlah rezeki padaku berupa kecintaan-Mu dan kecintaan orang yang memberiku manfaat kecintaannya di sisi-Mu” (HR Tirmidzi).

Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, keterjagaan, dan kekayaan” (HR Muslim).

Dari hadis tersebut, ada empat hal yang perlu dipahami.

Pertama, petunjuk. Rasulullah SAW memberikan tuntunan pada kita agar meminta rezeki pada Allah SWT berupa petunjuk.

Petunjuk inilah yang akan menyadarkan kita tentang apa yang terpenting dalam hidup ini sehingga kita mampu membedakan antara kebenaran dan kesesatan.

Kedua, ketakwaan. Di satu sisi, derajat takwa adalah sebuah pencapaian dari usaha kita beribadah pada Allah SWT sebagaimana firman-Nya, “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS al-Baqarah [2]: 21).

Tetapi, di sisi lain, takwa adalah pemberian atau rezeki dari-Nya. Artinya, semua usaha dan ibadah yang kita lakukan sebenarnya adalah bagian dari hidayah yang Allah SWT berikan pada kita.

Tanpa hidayah-Nya, mustahil kita meraih derajat tinggi tersebut. Itulah mengapa Rasulullah SAW meminta derajat takwa dalam doa beliau itu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Nawawi Efendi
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement