REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada dua hadis yang menerangkan tentang ibadah kepada Allah SWT dengan seimbang dan sinambung.
Pertama, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ingatlah, demi Allah, aku di antara kalian adalah orang yang paling takut kepada Allah dan yang paling bertakwa kepada-Nya, tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan tidur, serta aku menikahi wanita. Barangsiapa yang tidak menyukai sunahku, maka bukan dari golonganku" (HR Bukhari dan Muslim).
Kedua, dari Aisyah RA bahwa dia bersama seorang wanita masuk ke dalam rumah menemui Rasulullah SAW dan beliau bertanya, "Siapa wanita ini?" Aisyah RA menjawab, "Dia Fulanah."
Kemudian, menjelaskan tentang shalat Fulanah yang seharian terus-menerus mendirikan shalat seakan tanpa henti. Rasulullah SAW bersabda, "Cukup! Hendaklah kalian melakukan apa yang kalian mampu. Karena demi Allah, Allah tidak akan jemu hingga kalian sendiri yang jemu. Dan agama (ibadah) yang paling dicintai-Nya adalah yang dilakukan secara kesinambungan" (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan mengamalkan dua hadis di atas, kita beribadah dengan wajar dan tidak berlebihan. Dengan izin Allah SWT, kita akan terhindar dari futur, yaitu kemalasan, suka menunda, tidak bergairah, dan tidak bersemangat untuk beribadah.
Bahkan, saat uzur, misal sedang sakit, ada ruhsakh agar dapat melaksanakan ibadah dengan mudah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Shalatlah kamu dengan berdiri, bila kamu tidak bisa maka (shalatlah) dengan duduk, bila kamu tidak bisa maka (shalatlah) dengan berbaring" (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).
View this post on Instagram