REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam peningkatan ketegangan antara Yaman dan Israel, termasuk serangan udara terhadap Bandar Udara Internasional Sana’a, Yaman.
Guterres juga menyerukan perlindungan terhadap warga sipil dan pekerja kemanusiaan, kata pernyataan kantor sekjen PBB. Pada Kamis (26/12), sebuah sumber pemerintah lokal di Yaman mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Bandara Internasional Sana’a, Pangkalan Udara al-Daylami, serta wilayah Provinsi Hudaydah menjadi sasaran serangan Israel.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memastikan bahwa pihaknya telah menyerang sejumlah target di Yaman. Kemudian, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus melaporkan bahwa serangan udara Israel tersebut merusak bangunan hanya beberapa meter dari pesawat yang ia tumpangi bersama delegasi PBB.
"Sekretaris Jenderal mengutuk eskalasi antara Yaman dan Israel. Serangan udara Israel hari ini di Bandara Internasional Sana’a, pelabuhan Laut Merah, dan pembangkit listrik di Yaman sangat mengkhawatirkan," sebut pernyataan kantor Guterres, Kamis. "Serangan udara tersebut dilaporkan menyebabkan banyak korban, termasuk setidaknya tiga orang tewas dan puluhan lainnya terluka," kata pernyataan kantor sekjen PBB itu.
Guterres juga memperingatkan bahwa serangan udara terhadap pelabuhan Laut Merah dan Bandara Sana’a menimbulkan ancaman serius bagi operasi kemanusiaan. Sekjen PBB itu menegaskan perlunya melindungi warga sipil dan infrastruktur, serta menekankan bahwa pekerja kemanusiaan tidak boleh menjadi target penyerangan.
Eskalasi konflik antara gerakan Ansar Allah di Yaman, yang juga dikenal sebagai Houthi, dan Israel telah mencapai tingkat baru dalam beberapa pekan terakhir. Hampir setiap hari kelompok Houthi meluncurkan serangan rudal dan pesawat nirawak (drone) ke wilayah Israel hingga mengancam entitas Zionis itu sebagai respons seimbang atas setiap serangan bom Israel di Yaman.