REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam Indonesia boleh berbangga hati memiliki sosok Haji Abdul Malik Karim Amrullah (1908-1981). Tokoh yang akrab disapa Buya Hamka itu bukan hanya ulama terkemuka, melainkan juga sastrawan dan intelektual sekaligus.
Rupanya, kepiawaian Buya Hamka seturut dengan ayahanda, Syekh Abdul Karim Amrullah. Ayah beliau merupakan pendiri dan sekaligus guru Sumatera Thawalib Padang Panjang.
Dalam sebuah bukunya, Taufiq Ismail (2011) menuliskan fakta unik tentang hubungan ayah-anak tersebut. Khususnya, soal pengakuan dunia internasional akan taraf keilmuan mereka.
“(Ayahanda Buya Hamka) dianugerahi gelar doktor honoris causa oleh Universitas al-Azhar, Kairo, pada tahun 1926. Beliau lebih dikenal dengan julukan Haji Rasul, Inyik Doktor atau Inyik DR," tulis tulis Taufiq Ismail dalam buku KH A Gaffar Ismail Setengah Abad Membina Ummat di Pekalongan (2011, hlm.12).
Sekira 35 tahun sejak Haji Rasul menyabet gelar doktor honoris causa itu, Universitas al-Azhar Kairo, Mesir, lalu menganugerahkan gelar doktor yang sama untuk putranya, yakni Buya Hamka. Jadilah bapak dan anak ini sama-sama menggondol titel prestisius itu dari kampus yang sama.
"Sebagai ayah dan anak, mereka (Buya Hamka dan ayahnya) pasangan pertama yang mendapat kehormatan tinggi tersebut,” ujar Taufiq.