REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam peradaban Islam, masjid merupakan sentra dan jantung kegiatan masyarakat Muslimin. Tidak mungkin adab dan akhlak kolektif umat Islam terbina tanpa fasilitas tersebut. Rasulullah Muhammad SAW sendiri telah mencontohkan, ketika hijrah dari Makkah ke Madinah. Beliau mendirikan masjid sebagai sarana dakwah sekaligus pusat aktivitas masyarakat.
Nabi SAW juga telah mengabarkan nubuat bagi orang-orang yang hatinya terpaut pada masjid. Beliau pernah bersabda, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, "Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat perlindungan Allah SWT pada hari ketika tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya.
Mereka adalah, pemimpin yang adil; pemuda yang selalu beribadah kepada Allah SWT; seseorang yang selalu terikat hatinya ke masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, yakni mereka bersatu dan berpisah karena-Nya; seseorang yang ketika dibujuk oleh perempuan cantik dan berkedudukan (untuk berzina), tetapi pria itu berkata 'saya takut kepada Allah SWT'; seseorang yang beribadah secara sembunyi-sembunyi; dan seseorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi sehingga mencucurkan air mata (karena ingat dosa-dosa)."
Masjid disebut pula sebagai rumah ibadah. Sebab, di sanalah tempat pelaksanaan ibadah rutin secara berjamaah. Dengan sering hadir dalam jamaah, seorang Muslim tidak akan terasing dari sesamanya. Imannya pun akan kian kuat. Dia tidak akan menjadi seakan-akan domba yang lepas dari kawanannya, sehingga mudah diterkam serigala.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya yang meramaikan rumah-rumah (masjid-masjid) Allah, mereka itu adalah ahli Allah "azza wa Jalla." Demikianlah, derajat kedekatan mereka pada ridha Ilahi. Dalam hadis lain, beliau berpesan, "Barangsiapa yang mencintai masjid, maka Allah mencintainya."