REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gibah atau bergunjing berarti membicarakan orang lain di belakangnya. Sayangnya, perbuatan ini sekarang seolah-olah menjadi biasa.
Islam jelas melarang umatnya menyebarkan aib orang lain. Nabi Muhammad SAW menjelaskan, gibah berarti menyebut-nyebut sesuatu tentang orang lain yang tidak disukainya meskipun apa yang disebutkan itu benar adanya.
Rasulullah SAW bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Tahukah kalian apa itu gibah?”
Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”
Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.”
Kemudian, ditanyakan kepada beliau, “Bagaimana jika pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?”
Beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan, maka engkau telah bergibahi tentangnya. Apabila tidak sesuai dengan kenyataan dirinya, maka engkau telah berdusta atas namanya” (HR Muslim).
Allah SWT melarang keras perilaku ini dalam Alquran. Bahkan, firman-Nya ini mengibaratkan pelaku gibah seperti halnya kanibal.
"Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya" (QS al-Hujurat: 12)
Bergunjing tidak hanya merusak hubungan antarindividu, tetapi juga menimbulkan fitnah, permusuhan, dan kehancuran masyarakat. Lebih dari itu, dosa yang muncul darinya dapat menghapus pahala kebaikan.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terlempar ke neraka sejauh antara jarak barat ke timur” (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagai Muslim, menjaga lisan adalah kewajiban. Pilihan terbaik adalah berkata baik atau diam. Dengan menghindari gibah, kita tidak hanya menjaga kehormatan orang lain tetapi juga membersihkan hati dan menjaga hubungan sosial yang harmonis.
Salah satu cara efektif menjauhi perbuatan gibah adalah dengan kesadaran diri. Sebagai manusia biasa, tidak ada yang luput kesalahan dan khilaf. Karena itu, belum tentu orang yang dipergunjingkan lebih rendah daripada diri pelaku sendiri. Tinggal menunggu waktu saja, kapan Allah Ta'ala akan menguak aib yang telah lama disembunyikan dari orang-orang banyak.