Rabu 27 Nov 2024 10:05 WIB

Besok Puncak Hari Guru, ini Pesan Guru Imam Syafii yang Penting Buat Pelajar Zaman Now

Imam Syafii merupakan rujukan fikih jutaan Muslim di dunia.

Ilustrasi santri mengaji kitab kuning sambil mendengarkan penjelasan guru.
Foto: ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Ilustrasi santri mengaji kitab kuning sambil mendengarkan penjelasan guru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Besok, tepatnya Kamis (28/11/2024) merupakan puncak perayaan Hari Guru Nasional (HGN). Kemendikdasmen akan menggelar seremonial perayaan HGN di Velodrom Rawamangun Jakarta. Terkait dengan HGN, penulis teringat dengan pesan guru Imam Syafii (767-820 M). Apa bunyi pesan tersebut, berikut ini penjelasannya.

Pesan tersebut diabadikan oleh Syekh az-Zarnuji dalam kitabnya Ta’limul Muta’allim fi Thariqit Ta’allum. Ini merupakan referensi jutaan santri yang belajar di pesantren. Dalam kitab sederhana tersebut, sang pengarang menceritakan kisah Imam Syafii sang referensi mazhab fikih Islam yang terkenal di Nusantara.

Baca Juga

Suatu ketika Imam Syafii berupaya menghapalkan pelajarannya, tapi gagal terus. Sudah mencoba membaca dan menghapalkan pelajaran yang disampaikan si guru, tapi tidak juga berhasil. Ada apa gerangan?

Bayangkan, orang sekaliber Imam Syafii, yang otaknya encer, ternyata pernah susah menghapalkan dan memahami pelajaran. Dia adalah rujukan utama madzhab fikih Syafii di seluruh dunia. Kitab dan karyanya menjadi bacaan dan diikuti jutaan Muslim di dunia. Kemudian dikaji banyak orang di berbagai zaman.

Kembali ke cerita imam Syafii, Karena sudah lelah, mengadulah Imam Syafii ini kepada gurunya, yaitu Imam Waqi. Dia menceritakan, wahai guru, kapasitas menghapal pelajaran yang dimiliki Imam Syafii sungguh buruk (suu’ hifzhi). Kemudian apa kata si guru?

Kemudian Imam Waqi memberikan petunjuk kepada Imam Syafii untuk meninggalkan segala kemaksiatan, baik itu kemaksiatan yang kecil, apalagi yang besar. Semuanya tinggalkan. Fokus berdzikir kepada Allah sampai hati betul-betul menyebut asma Allah. Dengan begitu kalbu akan menutup diri dari kegelapan dosa dan fokus menyerap cahaya iman dan takwa.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement