Rabu 27 Nov 2024 07:40 WIB

Dalil Wajibnya Orang Tua Memberikan Pendidikan yang Baik untuk Anak

Seorang anak berhak mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua.

Dalil Wajibnya Orang Tua Memberikan Pendidikan yang Baik untuk Anak. Foto: Anak Shaleh (Ilustrasi)
Foto: Tahta Adila/Republika
Dalil Wajibnya Orang Tua Memberikan Pendidikan yang Baik untuk Anak. Foto: Anak Shaleh (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah mewasiatkan dan memerintahkan kepada kita untuk memberi pendidikan yang baik dan memelihara keturunan. Allah berfirman dalam surat An Nisa ayat 11:

يُوْصِيْكُمُ اللّٰهُ فِيْٓ اَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۚ

Baca Juga

yûshîkumullâhu fî aulâdikum lidz-dzakari mitslu ḫadhdhil-untsayaîn

Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu

Ibnul Qayyim menyebutkan banyak dalil tentang diwajibkannya pendidikan anak. Di antaranya riwayat Imam Ahmad, Nabi bersabda:

عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: مُرُوا أولادَكم بالصلاةِ وهم أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ عليها، وهم أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المَضَاجِعِ

Dari Amr Bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya."

Dalam sebuah hadits disebutkan:

لان يؤ د ب الرجل و لده خير من ان يتصد ق بصاع

“Jika ada seseorang yang mendidik anaknya, itu lebih baik ketimbang bersedekah dengan satu sha’ (HR Tirmidzi).”

Nabi Muhammad juga bersabda:

ما نحل والد ولده أفضل من أدب حسن

“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim)

"Jadi, pendidikan adalah perkara yang sangat penting. Barang siapa didik dalam ketaatan, maka ia akan terlindung dan terjaga dari api neraka," ujar Syekh Nada.

Sementara, lanjut Syekh Nada, orang yang lalai dan ceroboh dalam hal pendidikan, niscaya dirinya dan juga keluarganya tidak terjadga dari api neraka. Dan, ia menjadi sasaran murka Allah yang Maha Menundukkan.

Imam Al Ghazali berkata, "Hendaknya diketahui bahwa pendidikan bagi anak-anak adalah masalah paling penting dan paling utama. Anak adalah amanah di pundak kedua orang tuanya. Hati suci seorang anak adalah permata nan berharga, polos dan bersih dari segala goresan dan lukisan. Seorang anak siap menerima segala sesuatu dan condong ke arah mana saja dia dibawa. Jika dia dibiasakan untuk mengetahui dan tumbuh dalam kebaikan, tentu ia akan berbahagia di dunia dan akhirat. Kedua orang tua, setiap pengajar dan setiap pendidik turut mendapat pahala bersamanya. Namun, jika dia dibiasakan dalam keburukan dan diabaikan layaknya binatang, niscaya ia sengsara dan binasa, dan dosanya dibebankan kepada pengasuh dan walinya."

Nabi Muhammad bersabda dalam hadits riwayat Bukhari:

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ { فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ }

"Tidak ada seorang anak pun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya". Kemudian Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, (mengutip firman Allah subhanahu wata'ala QS Ar-Ruum: 30 yang artinya: ('Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus").

 

Al Hafidz Ibnu Hajar berkata tentang hadits di atas:

"Al Qurthubi berkata di dalam kitab Al Mufham, Makna hadits itu adalah bahwa llah menciptakan hati anak keturunan Adam dalam kondisi siap menerima kebenaran, sebagaimana mata mereka siap untuk melihat benda dan telinga mereka siap menerima suara. Selama hati itu tetap dalam penerimaan dan kesiapannya, niscaya ia akan mengetahui kebenaran dan ahgama Islam adalah kebenaran. Makna ini ditunjukkan oleh bagian hadits yang lain, di mana Nabi SAW bersabda, 'Sebagaimana seekor binatang melahirkan binatang yang sempurna'. Artinya seekor binatang melahirkan anak yang sempurna fisiknya, sekiranya si anak dibiarkan demikan tentu ia terhindar dari cacat, akan tetapi mereka merusaknya dengan memotong telinganya, sehingga keluar dari bentuk aslinya. Ini adalah permisalan yang relevansinya sangatlah jelas."

Syekh Nada menjelaskan, di dalam hadits ini kita melihat Rasulullah SAW mengabarkan bawha seorang anak itu dilahirkan dalam fitrah yang lurus dan siap menerima kebaikan. Namun, fitrah ini bisa melenceng dan berubah disebabkan buruknya pendidikan dan teladan yang jelek.

"Seorang penyair mengungkapkan bahwa seorang pemuda akan tumbuh dewasa dalam kebiasan yang ditanamkan sang ayah," ujar Syekh Nada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement