Ahad 17 Nov 2024 06:00 WIB

Gara-Gara Ini, Muslim AS yang Pilih Trump Mengaku Kecewa

Trump memilih menteri yang pro Israel.

Rep: Eva Rianti/ Red: Muhammad Hafil
Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat usai memenangkan pemilihan presiden.
Foto: AP Photo/Mark Humphrey
Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat usai memenangkan pemilihan presiden.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Para pemimpin Muslim AS yang memilih Donald Trump dari Partai Republik untuk memprotes dukungan pemerintahan Joe Biden terhadap perang Israel di Gaza dan serangan terhadap Lebanon, mengaku sangat kecewa dengan pilihan kabinet Trump.  

“Trump menang karena kami dan kami tidak senang dengan pilihannya sebagai menteri luar negeri dan yang lainnya,” kata Rabiul Chowdhury, seorang investor Philadelphia yang memimpin kampanye Abandon Harris di Pennsylvania dan mendirikan Muslims for Trump, dikutip dari Reuters, Sabtu (16/11/2024). 

Baca Juga

Dukungan Muslim untuk Trump membantunya memenangkan Michigan, dan dinilai mungkin menjadi faktor dalam kemenangan negara bagian yang masih belum jelas, menurut para ahli strategi.

Trump diketahui memilih senator Republik Marco Rubio, pendukung setia Israel untuk Menteri Luar Negeri. Awal tahun ini, Rubio mengatakan bahwa dia tidak akan menyerukan gencatan senjata di Gaza, dan dia yakin Israel harus menghancurkan setiap elemen Hamas. “Orang-orang ini adalah binatang buas,” katanya. 

Trump juga mencalonkan Mike Huckabee, mantan gubernur Arkansas sebagai duta besar berikutnya untuk Israel. Huckabee adalah konservatif pro-Israel yang mendukung pendudukan Israel di Tepi Barat, dan menyebut solusi dua negara di Palestina ‘tidak dapat dilaksanakan’. 

Ia telah memilih Perwakilan Republik Elise Stefanik, yang menyebut PBB sebagai ‘kolam antisemitisme’, karena mengutuk kematian di Gaza, untuk menjabat sebagai duta besar AS untuk PBB.

Direktur Eksekutif American Muslim Engagement and Empowerment Network (AMEEN) Rexhinaldo Nazarko mengatakan, para pemilih Muslim berharap Trump akan memilih pejabat kabinet yang bekerja untuk perdamaian, dan tidak ada tanda-tanda itu.

“Kami sangat kecewa,,” tegasnya. 

“Tampaknya pemerintahan ini sepenuhnya diisi oleh kaum neokonservatif dan orang-orang yang sangat pro-Israel dan pro-perang, yang merupakan kegagalan di pihak Presiden Trump, terhadap gerakan pro-perdamaian dan anti perang,” lanjutnya. 

Nazarko menuturkan, masyarakat akan terus mendesak agar suara mereka didengar tentang diakhirinya perang di Gaza. 

Hassan Abdel Salam, mantan profesor di University of Minnesota, Twin Cities dan salah satu pendiri kampanye Abandon Harris, yang mendukung kandidat Partai Hijau Jill Stein mengatakan, rencana penempatan staf Trump tidak mengejutkan, tetapi terbukti lebih ekstrem dari yang ditakutkannya.

“Sepertinya dia sedang melakukan Zionis berlebihan. Kami selalu sangat skeptis. Jelas kami masih menunggu untuk melihat ke mana pemerintah akan bergerak, tetapi tampaknya komunitas kami telah dipermainkan,” tutur Salam. 

Sementara itu, beberapa pendukung Trump yang Muslim dan Arab mengatakan mereka berharap Richard Grenell, mantan penjabat direktur intelijen nasional Trump, akan memainkan peran kunci setelah dia memimpin upaya penjangkauan selama berbulan-bulan kepada komunitas Muslim dan Arab Amerika, dan bahkan diperkenalkan sebagai calon menteri luar negeri berikutnya di berbagai acara.

Sekutu utama Trump lainnya, Massad Boulos, ayah mertua Lebanon dari putri Trump, Tiffany, bertemu berulang kali dengan para pemimpin Arab Amerika dan muslim. Keduanya menjanjikan kepada para pemilih Arab Amerika dan Muslim bahwa Trump adalah kandidat perdamaian yang akan bertindak cepat untuk mengakhiri perang di Timur Tengah dan sekitarnya. Namun, keduanya tidak dapat segera dihubungi, mengutip Reuters

Trump melakukan beberapa kunjungan ke kota-kota dengan populasi Arab Amerika dan Muslim yang besar, termasuk singgah di Dearborn, kota mayoritas Arab, di mana ia mengatakan bahwa ia mencintai muslim, dan Pittsburgh. Ia menyebut Muslim untuk Trump sebagai ‘gerakan yang indah. Mereka menginginkan perdamaian. Mereka menginginkan stabilitas’. 

Bill Bazzi, Wali Kota Dearborn Heights yang berdekatan, yang mendukung Trump, mengatakan bahwa ia bertemu dengan presiden terpilih tersebut tiga kali dan masih percaya bahwa ia akan bekerja untuk mengakhiri perang, meskipun ada penunjukan kabinet.

Rola Makki, Wakil Ketua Muslim Lebanon Amerika untuk penjangkauan Partai Republik Michigan, setuju. “Saya tidak berpikir semua orang akan senang dengan setiap penunjukan yang dilakukan Trump, tetapi hasilnya adalah yang terpenting,” kata dia. 

“Saya tahu Trump menginginkan perdamaian, dan yang perlu disadari orang-orang adalah ada 50 ribu warga Palestina yang tewas dan 3 ribu warga Lebanon yang tewas, dan itu terjadi selama pemerintahan saat ini,” lanjutnya. 

“Tampaknya pemerintahan ini sepenuhnya diisi oleh kaum neokonservatif dan orang-orang yang sangat pro-Israel dan pro-perang, yang merupakan kegagalan di pihak Presiden Trump, terhadap gerakan pro-perdamaian dan anti-perang,” tambahnya. Eva Rianti 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement