REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri sekaligus anggota Majelis Hukama Muslimin Quraish Shihab menyatakan bahwa para tokoh agama di Tanah Air mesti berperan aktif mengedukasi umatnya soal krisis iklim di setiap aktivitas keagamaan yang dijalani.
"Kita ingin menekankan bahwa peranan ulama dalam konteks kelestarian lingkungan ini adalah ikut serta menyadarkan masyarakat bahwa alam adalah titipan Tuhan dan kita harus menjaganya," ujar Quraish dalam bincang bersama media di Jakarta, Senin.
Quraish mengatakan, ajakan untuk ikut ambil bagian dalam aksi mengatasi krisis iklim merupakan bagian dari perintah agama. Mengatasi krisis iklim menjadi penghormatan terhadap alam untuk memberi keseimbangan dengan kehidupan.
Apabila alam dirusak, maka kata dia, telah bertentangan dengan perintah Tuhan dan ajaran agama itu sendiri. Masyarakat di tingkatan akar rumput juga harus berperan dengan aksi-aksi, seperti menjaga lingkungan rumahnya, mengurangi penggunaan plastik, hingga menggunakan transportasi umum ketika beraktivitas.
"Ada kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, walaupun bukan atas nama agama, tetapi atas nama ilmu pengetahuan yang dapat menghambat pemanasan global," katanya.
Menurutnya, Majelis Hukama yang diketuai Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb telah ikut dalam berbagai upaya mengatasi krisis iklim.
Terbaru, Majelis Hukama menggelar Paviliun Iman yang digelar di Baku, Azerbaijan, sebagai bagian dari COP29. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tersebut mempertemukan sejumlah tokoh agama lintas iman untuk membicarakan dan melakukan aksi nyata untuk penanganan krisis iklim.
"Saya kira itu sebagian yang dapat dilakukan, tentu banyak yang bisa diperbuat -mengatasi krisis iklim-. Tapi tentu kita ingatkan bahwa itu bukan hanya tugas ulama, tapi setiap individu di antara kita, di rumah, kantor, sekolah, dan lain-lain," kata dia.