Senin 11 Nov 2024 16:30 WIB

Memperbaiki Rasa Malu

Manusia bukanlah hewan yang tak diberi rasa malu.

Akhlak mulia (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Akhlak mulia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia memiliki sifat malu yang dapat menggerakkan nalurinya, menilai mana yang benar dan salah. Dengan rasa malu itu, setiap manusia berjalan di atas ketetapan fitrah dari Rabbnya.

Rasulullah SAW bersabda, "Jika kamu tak punya rasa malu, maka berbuatlah sesukamu." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam juga mengatakan, salah satu dari bagian iman adalah sifat malu.

Baca Juga

Jika manusia dibekali malu untuk hidup, lain halnya dengan binatang. Allah memberikan nikmat kepada binatang sesuai dengan kebutuhannya. Hewan hanya memiliki insting yang dipadu dengan nafsu untuk hidup. Ia tak butuh malu karena memang Allah tidak memberikan sifat itu. Begitulah Allah telah mengatur seluruh hamba-Nya dalam menjalani hidup di alam fana ini.

Malu dapat menjamin kualitas batin manusia. Karena itu, manusia tak pernah terpisahkan dengan sifat malu dan malu selalu berkaitan erat dengan ketebalan iman seseorang terhadap Rabbnya.

Sebagian besar sahabat Rasulullah SAW menjaga dan mengedepankan rasa malunya di atas kepentingan duniawi mereka. Usman, misalnya, dia adalah sahabat yang paling besar sifat malunya hingga Nabi SAW pun sangat menghormatinya.

Di masa hidupnya, Rasul pernah berbaring di pangkuan istrinya, lalu datang Abu Bakar sedang bagian tubuhnya terbuka, tetap nabi membiarkan hingga datang sahabat Umar.

Akan tetapi, ketika datang Utsman, Rasulullah dengan serta-merta merapikan pakaiannya agar tak terlihat olehnya. Ketika ditanya istrinya mengapa berbuat demikian kepada Usman dan tidak kepada Abu Bakar dan Umar, Nabi menjawab bahwa Usman sangat pemalu. Di lain waktu, Nabi pun menyanjung keistimewaan Utsman di hadapan para sahabat beliau. Usman terhormat karena menjaga malu yang melebihi malunya seorang gadis.

Kekuatan iman seorang Muslim dapat dilihat dari sifat malu dalam dirinya. Seorang Muslim hakiki akan menjaga dirinya dengan benteng malu terhadap Tuhannya bila berbuat dosa. Ia akan menaati semua perintah-Nya sekuat tenaga. Ia akan sangat menyesal, merasa bersalah dan malu kepada Rabbnya jika meninggalkan satu saja syariat-Nya. Begitulah ciri kehidupan seorang Muslim yang teguh hati menjaga malunya.

Sebagaimana diterangkan Rasulullah SAW, seorang Muslim yang tidak punya rasa malu sama sekali, dipersilakan berbuat sesuka hatinya. Mereka telah terlepas dari tali umat Muhammad yang menghormati kalam Allah dan sabda beliau, mereka akan dikirim ke dalam azab-Nya yang pedih dan menyakitkan, kehinaan mereka peroleh di dunia dan siksaan mereka terima di neraka.

Dunia seakan telah mejadi rumah abadi bagi manusia-manusia rakus dan pengekor hawa nafsu. Mereka tak lagi memikirkan siapa Rabbnya dan apa saja perintah serta larangannya. Harta, tahta, dan wanita memang tombak serang setan untuk menyerang manusia. Maka dari itu, mari kita hargai diri dengan menjaga sifat malu sebagai fitrah manusia. 

sumber : Hikmah Republika oleh Muhammad Khoirul Munadi
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement