REPUBLIKA.CO.ID, Marah merupakan sebuah fitrah bagi manusia. Tapi, mengendalikan marah adalah sikap manusia bijaksana. Seorang yang marah akan menutup ruang berpikir. Hatinya pun akan tertutup dari kebenaran.
Orang yang tengah marah tidak akan pernah tenang dan akhirnya membuat keputusan yang gegabah. Akhirnya, marah hanya akan menyisakan penyesalan.
Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, seorang sahabat pernah meminta nasihat kepada Rasulullah SAW. “Berilah saya nasihat wahai Rasulullah,” ujarnya.
“La taghdab (jangan engkau marah),” jawab Rasulullah singkat. Lelaki itu kembali mengulang pertanyaannya, tapi jawaban Rasulullah tetap saja sama baginya. (HR Bukhari).
Menahan marah juga rupanya memiliki keutamaan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, “Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR Abu Daud, Tirmizi, dihasankan oleh al-Albani).
Siapa yang tidak bangga ketika dia dipanggil Allah di hadapan semua makhluk pada hari kiamat untuk menerima balasan yang besar? Semua manusia dan jin menyaksikan orang ini maju di hadapan mereka untuk menerima pahala yang besar dari Allah SWT.