Rabu 14 May 2025 10:05 WIB

Ujian Menahan Amarah: Belajar dari Pengalaman Abu Bakar

Abu Bakar diuji dengan menahan amarah terhadap perangai seorang badui

ILUSTRASI Abu Bakar.
Foto: dok wiki
ILUSTRASI Abu Bakar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW bertamu ke rumah Abu Bakar ash-Shidiq. Ketika sedang bercengkerama dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab badui menemui Abu Bakar.

Tanpa basa-basi, lelaki badui itu langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata- kata kotor keluar keluar dari mulut orang itu. Namun, sahabat yang juga mertua Nabi SAW itu tidak menghiraukannya.

Baca Juga

Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat tindakan sahabatnya ini, Nabi SAW tersenyum.

Namun kemudian, orang Arab badui itu kembali memaki-maki Abu Bakar. Kali ini, cercaan, makian dan hinaannya lebih kasar lagi.

Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah SAW kembali memberikan senyum. Semakin marahlah orang Arab badui ini.

Untuk ketiga kalinya si badui mencerca Abu Bakar dengan makian yang jauh lebih menyakitkan. Kali ini---selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu---Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab badui itu dengan makian pula.

Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah SAW beranjak dari tempat duduknya. Beliau meninggalkan Abu Bakar sesudah mengucapkan salam dengan lirih.

Melihat hal ini, selaku tuan rumah Abu Bakar pun menjadi tersadar dan sekalgus bingung. Dikejarnya Rasulullah SAW yang sudah sampai di seberang jalan.

Kemudian, dengan suara tergesa-gesa Abu Bakar memanggil beliau. "Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku," pintanya.

Rasulullah SAW menjawab, "Sewaktu ada seorang Arab badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak Malaikat di sekelilingmu yang akan membelamu di hadapan Allah. Begitu pun, yang kedua kali ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para Malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Suryana Abdurrauf
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement