Selasa 22 Oct 2024 16:14 WIB

Israel Bunuh Petugas Medis yang Menolong Korban di Gaza

Pasukan Israel menargetkan dan membunuh seorang petugas kesehatan.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Muhammad Hafil
Ratusan pengungsi di sekitar RS Indonesia di Gaza ditawan tentara Israel
Foto: Ist
Ratusan pengungsi di sekitar RS Indonesia di Gaza ditawan tentara Israel

REPUBLIKA.CO.ID,ISTANBUL -- Pasukan Israel menargetkan dan membunuh seorang petugas kesehatan yang sedang dalam perjalanan untuk membantu warga Palestina yang terluka di Gaza utara. Gaza utara wilayah yang berada di bawah pengepungan ketat dan pengeboman berat oleh Israel, bahkan Israel tidak mengizinkan evakuasi.

Akibat blokade parah yang diberlakukan oleh Israel, tim penyelamat di Gaza utara kesulitan untuk menjangkau wilayah yang hancur. Sehingga korban luka tidak dapat dievakuasi.

Baca Juga

Pada 15 Oktober 2024, pesawat tempur Israel mengebom rumah keluarga Al-Sayyid di lingkungan Bi'r al-Naja, sebelah barat Jabalia, Gaza utara.

Ambulans dan tim pertahanan sipil tidak dapat mencapai rumah keluarga tersebut karena serangan dan penghalang dari Israel. Pada hari itu, Ahmed al-Najjar, seorang paramedis Palestina berusia 33 tahun yang dikenal karena keberanian dan dedikasinya, berangkat untuk menyelamatkan mereka yang terluka. 

Namun, sebelum Ahmed al-Najjar sempat tiba, ia dibunuh oleh serangan pesawat tidak berawak milik Israel yang ditargetkan di lingkungan Al-Faluja, Jabalia.

Kerabat dan teman-teman Ahmed al-Najjar mengatakan bahwa ia menolak untuk mengindahkan peringatan evakuasi Israel, melanjutkan tugasnya di bawah pemboman yang intens dan berulang kali mempertaruhkan nyawanya untuk membantu mereka yang terluka. Temannya, Ghazi al-Majdalani, mengatakan kepada Anadolu bahwa al-Najjar dikenal karena keberanian dan dedikasinya, bekerja tanpa kenal lelah untuk membantu yang terluka sampai akhir.

“Ahmed adalah orang yang benar-benar baik dan panutan. Dia tidak pernah mendengarkan seruan Israel untuk mengevakuasi wilayah utara, merasakan tanggung jawab yang mendalam terhadap orang-orang yang terluka dan sakit,” kata al-Majdalani, dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (22/10/2024).

Al-Najjar tidak hanya memberikan perawatan medis tetapi juga mendokumentasikan serangan-serangan Israel. Dia berbagi foto dan video dengan para jurnalis untuk menyoroti kekejaman Israel dan membuatnya diketahui oleh khalayak yang lebih luas.

Saudara laki-laki Ahmed, Khalil al-Najjar, menggambarkannya sebagai individu yang penuh kasih dan teladan yang suka membantu mereka yang membutuhkan. Bahkan ketika istri dan anak-anaknya pindah ke selatan karena serangan udara dan darat yang semakin intensif, Ahmed memilih untuk tetap tinggal di utara untuk membantu mereka yang terluka.

Khalil menekankan bahwa saudaranya bekerja tanpa lelah untuk mencegah infeksi di antara para korban luka sejak awal serangan, dan mengatakan bahwa Ahmed mempertaruhkan nyawanya hingga saat-saat terakhir untuk menyelamatkan orang lain.

Ahmed sangat dicintai oleh komunitas di kamp pengungsi Jabalia, dan kematiannya digambarkan sebagai kehilangan yang signifikan bagi semua orang di sana. Sebelum kematiannya, ia telah membagikan nomor teleponnya di media sosial, mendesak mereka yang terjebak di utara untuk menghubunginya jika mereka membutuhkan bantuan medis darurat, karena pasukan Israel sering menghalangi tim penyelamat untuk mencapai lokasi bencana.

Ahmed al-Kahlout, direktur pertahanan sipil di Gaza utara, menyampaikan belasungkawa di media sosial.

“Semoga Tuhan mengampuni anda, Ahmed yang baik hati. Kamu tidak takut mati saat kamu menyelamatkan orang-orang dari antara tank dan bahaya. Semoga upaya anda diterima dan perbuatan baik anda memenuhi timbangan kebaikan anda,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement