Selasa 22 Oct 2024 11:04 WIB

Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan: Dalamnya Makna Tema Hari Santri 2024

Sejarah mencatat, kaum santri adalah kelompok paling aktif melawan penjajahan.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Kemenag merayakan hari santri nasional.
Foto: Antara
Kemenag merayakan hari santri nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada peringatan Hari Santri Nasional 2024, Kementerian Agama (Kemenag) mengusung tema “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan.” Tema tersebut mengingatkan pada salah satu bait dalam kitab Alfiyyah Ibnu Malik.

Bait dari kitab Alfiyyah Ibnu Malik itu menjelaskan, “Seorang santri mempunyai tugas untuk melanjutkan perjuangan kiai, ketika sang kiai wafat.”

Baca Juga

"Seperti bait dari kitab Alfiyah tadi, tema menyambung juang merengkuh masa depan adalah sebuah penegasan bahwa santri masa kini memiliki tugas untuk meneruskan perjuangan para pendahulu yang telah berjuang tanpa kenal lelah demi kemerdekaan dan keutuhan bangsa," kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Jakarta, Adib saat membacakan pidato Menteri Agama di Pondok Pesantren Modern PKP Jakarta Islamic School, Jakarta Timur, Selasa (22/10/2024)

Adib menjelaskan, menyambung juang bukan hanya berarti mengenang, tetapi juga beraksi dengan semangat yang sama dalam menghadapi tantangan zaman modern. Jika para pendahulu berjuang melawan penjajah dengan angkat senjata, maka santri saat ini berjuang melawan kebodohan dan kemunduran dengan angkat pena.

"Jika para pendahulu telah mewariskan nilai-nilai luhur untuk bangsa, maka santri masa kini bertanggung jawab untuk tidak sekadar menjaganya, melainkan juga berkontribusi dalam membangun masa depan masyarakat yang lebih baik," ujar Adib.

Adib menyampaikan, sejarah telah mencatat bahwa kaum santri adalah salah satu kelompok yang paling aktif menggelorakan perlawanan terhadap para penjajah. Salah satu bukti perlawanan santri terhadap para penjajah adalah peristiwa Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 yang dimaklumatkan oleh Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asyari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement