Ahad 13 Oct 2024 20:53 WIB

Apa Ajaran Bektashi di Balik 'Negara Islam' yang Halalkan Alkohol dan Cinta Israel

Bektashi adalah tarekat gabungkan tasawuf, Syiah, dan liberalisme

Muslim Albania ilustrasi. Bektashi adalah tarekat gabungkan tasawuf, Syiah, dan liberalisme
Foto: Reuters/Arben Celi
Muslim Albania ilustrasi. Bektashi adalah tarekat gabungkan tasawuf, Syiah, dan liberalisme

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Tarekat Bektashiya adalah campuran agama yang menggabungkan penafsiran longgar terhadap Alquran dengan beberapa kepercayaan sufi dan Syiah, serta warisan dari kepercayaan Turki pra-Islam.

Beberapa ahli percaya bahwa Bektashisme juga mirip dengan apa yang disebut Gnostisisme, seperangkat ide dan kepercayaan yang memadukan Yudaisme dan Kristen yang muncul pada akhir abad pertama Masehi.

Baca Juga

Menurut David Robertson dalam bukunya Gnostisisme dan Sejarah Agama-Agama, para penganut doktrin ini mengikuti apa yang mereka sebut sebagai pengetahuan esoterik spiritual pribadi, yang mereka tempatkan di atas ajaran, tradisi, dan perintah agama.

Kaum Bektashi mendasarkan praktik dan ritual mereka pada interpretasi dan pemahaman mereka sendiri terhadap teks-teks Alquran, yang mereka yakini memiliki dua tingkat makna yaitu eksternal (lahiriah) dan internal (batiniah), dan mereka berfokus pada apa yang mereka anggap sebagai makna esoterisnya.

Menurut sebuah studi oleh peneliti Brian Williams yang diterbitkan oleh University of Wisconsin pada 2001 berjudul “Sufi, Badui dan Bidah. Sejarah penyebaran Sufisme Islam di Asia Tengah dan Turki”, Bektashiya adalah sebuah tarekat yang memadukan tasawuf dan Syiah, dan sangat lunak sehingga tidak mengikat para pengikutnya dengan semua kewajiban dalam Islam, dan terbuka terhadap agama dan filosofi lain sampai-sampai mengutipnya.

Sekte ini memiliki ritual, upacara, dan doa khusus yang hanya diikuti oleh mereka yang disebut sebagai anggota spiritual atau penyembah.

Menurut penulis Inggris, Sinclair, tarekat Bektashi adalah tarekat yang paling liberal di antara tarekat-tarekat Sufi lainnya, karena tarekat ini didasarkan pada prinsip-prinsip spiritual yang longgar dan menolak apa yang disebutnya sebagai dogma yang kaku.

Tarekat Bektashi memiliki kesamaan dengan gerakan Sufi lainnya dalam hal kebutuhan akan pembimbing spiritual khusus, dan selaras dengan umat Kristiani, Bektashi menyebut pembimbing spiritual mereka sebagai Paus.

Seperti sejumlah tarekat sufi lainnya, sekte ini juga percaya pada apa yang disebut konsep “panteisme”, yang dikembangkan oleh Muhyiddin Ibn al-Arabi, yang oleh sebagian besar cendekiawan Muslim dianggap salah karena tidak membedakan antara Pencipta dan yang diciptakan.

Di sisi Syiahnya, Bektashiya juga dijiwai oleh konsep-konsep Syiah, seperti penghormatan yang berlebihan terhadap Amir al-Mu'minin, Ali bin Abi Thalib, sebagai satu-satunya penafsir makna esoterik Alquran dan penerus yang sah dari Nabi Muhammad SAW.

Menurut sebuah studi tentang Sufisme di Eropa Timur yang diterbitkan pada 2019 oleh situs web penelitian Inggris Sara Quinn, Bektashiya percaya, seperti halnya para teolog Syiah, bahwa Ali adalah satu-satunya pintu gerbang menuju penafsiran spiritual Alquran, sementara Nabi Muhammad adalah corong pesan, yaitu Alquran.

Dengan kata lain, Muhammad adalah sarana yang digunakan untuk memanifestasikan Alquran dalam tingkat nyata (harfiah) kepada umat manusia, sementara Ali mewujudkan pengetahuan esoterik (tersembunyi) dari Alquran.

Kaum Bektasyi merayakan hari raya Persia Nowruz sebagai hari kelahiran Imam Ali, dan memiliki keyakinan terhadap apa yang disebut oleh kaum Syiah sebagai Dua Belas Imam.

Mereka juga tertarik untuk memperingati Ashura untuk memperingati terbunuhnya Husein di Karbala, dan memiliki ritual khusus dalam acara ini, di mana mereka berpuasa yang mereka sebut sebagai pemakaman dan tidak minum air selama sepuluh hari berturut-turut.

Kaum Bektashi tidak membatasi diri mereka pada pencampuran antara tasawuf dan Syiah, tetapi menambahkan hal-hal yang dipengaruhi oleh agama lain, terutama agama Kristen.

Mereka memiliki sesuatu yang mirip dengan trinitarianisme Kristen, tetapi trinitas mereka adalah Tuhan, Muhammad dan Ali, dan mereka percaya bahwa “Muhammad dan Ali adalah satu kesatuan yang utuh”.

Di antara ritual mereka yang dipengaruhi oleh agama lain adalah makanan suci yang mirip dengan Perjamuan Terakhir bagi orang Kristen, dan pengakuan dosa tahunan kepada Paus untuk pengampunan dosa-dosa mereka, mirip dengan indulgensi Kristen.

 

Pernah Menang Lawan Israel, Benarkah Rasulullah SAW Sabdakan Militer Mesir Paling Kuat?

http://republika.co.id/berita//sl29uq320/pernah-menang-lawan-israel-benarkah-rasulullah-saw-sabdakan-militer-mesir-paling-kuat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement