REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perangkap atau talbis setan mengaburkan hakikat. Ini pun menyasar orang-orang yang gemar beribadah, seperti shalat malam (qiyam al-lail).
Akibat talbis setan, mereka memandang shalat malam akan lebih baik bila jumlah rakaat diperbanyak, tanpa melihat kondisi diri mereka sendiri. Bahkan, qiyam al-lail lebih diutamakannya daripada shalat wajib, semisal shalat subuh.
Karena kelelahan usai memperbanyak rakaat shalat tahajud, ia pun tertidur pulas. Kemudian, waktu shalat subuh terlewat. Inilah dampak dari talbis setan.
Dalam buku Talbis Iblis karya Ibnu al-Jauzi, dikisahkan bahwa dahulu ada seorang ahli ibadah yang bernama Husain al-Quzwaini. Pada siang hari, ia sering mengelilingi Masjid Jami al-Manshur.
Saat ditanya mengapa melakukan rutinitas itu, ia menjawab, "Agar aku tidak tidur nanti malam." Maksudnya, dalam keadaan terjaga nanti ia dapat mendirikan shalat malam dan memperbanyak rakaat ibadah sunah itu.
Padahal, jelas Ibnu al-Jauzi, yang dilakukan Husain al-Quzwaini itu adalah sebentuk kejahilan terhadap syariat dan akal sehat. Sebab, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya dirimu memiliki hak yang harus engkau penuhi. Karena itu, bangunlah dan tidurlah (pada waktunya)."
Rasulullah SAW juga pernah berpesan, "Hendaknya kalian mengikuti petunjuk dengan bersahaja. Karena siapa saja yang berlebih-lebihan dalam agama ini, niscaya dia akan terkalahkan" (HR Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi, dan Ibnu Abi Ashim).
Dahulu, Nabi SAW juga menegur orang yang berlebihan dalam ibadah. Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah SAW masuk ke dalam masjid. Kemudian, beliau melihat ada tali yang membentang di antara dua tiang.
"Untuk apa ini?" tanya Nabi SAW.
Seorang sahabat menjawab, "Itu tali milik Zainab untuk shalat (qiyam al-lail). Saat lelah, dia akan berpegangan padanya (tali tersebut)."
"Lepaskanlah tali ini," perintah Nabi SAW, "hendaklah masing-masing dari kalian mengerjakan shalat ketika bersemangat. Jika dia malas atau lelah, hendaknya dia duduk."
Dari Aisyah, dia menuturkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian mengantuk, hendaknya dia tidur sampai hilang kantuknya. Sebab, apabila dia shalat (tahajud) dalam keadaan mengantuk, boleh jadi dia ingin memohon ampun, tetapi (disebabkan mengantuk) dia malah mencela dirinya sendiri" (HR Bukhari dan Muslim).